-->
  • Jelajahi

    Copyright © POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Hasil Panen Inpari 32 Mencapai 10 ton per Hektar

    Prasetyo Budi
    Sabtu, Agustus 25, 2018, Sabtu, Agustus 25, 2018 WIB Last Updated 2018-08-25T12:55:59Z


    masukkan script iklan disini
    POTRET PERTANIAN - Hasil Panen Inpari 32 Mencapai 10 ton per hektar, Kementerian Pertanian mengapresiasi upaya keras para petani di Karawang karena berhasil panen padi dan melewati musim kemarau hingga kini tanpa adanya kasus puso. Panen padi varietas Inpari 32 yang merupakan jenis Inbrida padi sawah irigasi tersebut hingga mencapai 10 ton per hektar, sehingga optimis mendongkrak angka produktivitas padi khususnya di Jawa Barat.

    "Ini prestasi yang luar biasa dari petani kita dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya dan juga untuk mendongkrak peningkatan produktivitas padi di Jawa Barat," kata Ketua Penanggungjawab Upaya Khusus Swasembada (Upsus) Provinsi Jawa Barat Banun Harpini kepada para petani saat panen raya padi sekaligus pencanangan penanaman budidaya kedelai pada Kelompok Tani Sri Rejeki II di Dusun Pundong Desa Pasirtanjung Kecamatan Lemahabang, Karawang.

    Banun menyatakan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari kerjasama, dan suplai air yang cukup sepanjang tahun dari Perum Jasa Tirta (PJT) II. Meski memiliki aliran irigasi yang cukup, Banun juga mengingatkan para petani dan Tim Upsus di Karawang, untuk selalu menjaga saluran irigasi agar tidak mengalami penyumbatan. Dalam beberapa kasus terjadi karena sampah dan enceng gondok.



    "Dari data laporan pemerintah Provinsi Jawa Barat per 23 Agustus 2018, Karawang diketahui memiliki potensi kekeringan ringan sebanyak 215 hektar, dan ini terjadi karena adanya penyumbatan atau aliran irigasi yang tidak lancar," jelas Banun. "Petani dan dinas setempat harus gotong royong untuk menjaga saluran irigasi tersebut," sambungnya.

    Sebagai salah satu sentra penyumbang produksi beras di Jawa Barat, pemerintah menargetkan produksi padi di Karawang pada tahun 2018 sebesar 1365.680 ton gabah kering panen (GKP) atau setara 792.394 ton beras.

    Sementara data tertulis dari Dinas Pertanian Kabupaten Karawang yang turut menyebutkan bahwa capaian produksi padi hingga Juli 2018 sebesar 703.348 ton GKP (51,50%) dari luas panen 104.202 hektar (66,98%), masih tersisa pertanaman (standing crop) seluas 51,365 hektar (33,02%) yang perlu dikejar dan diamankan dari berbagai kemungkinan kendala.

    Terkait luas tambah tanam kedelai di Kabupaten Karawang, data tersebut juga menyebutkan hingga Rabu (22/8) lalu, persentase realisasi sudah 92,9% atau seluas 1.478 hektar dari target sebesar 1.590 hektar.

    Terakhir, Banun myampaikan agar tidak ada lagi lahan sawah yang tidak ditanani atau terbengkalai. Menurutnya, jika tidak memungkinkan ditanami padi, lahan tersebut bisa ditanami jagung atau kedelai. Ia menekankan bahwa lahan yang potensial jika tidak dimanfaatkan untuk produksi, maka akan sangat merugikan, terutama bagi petani. "Tujuan  dari pembangunan pertanian adalah untuk mensejahterakan petani, jadi bukan semata-mata mengejar target luas tambah tanam,” pesannya.

    Patbo Super

    Menanggapi keluhan petani terkait masih enggannya petani menanam padi dengan Indeks Pertanaman (IP) tiga kali dalam setahun karena takut adanya ledakan hama, Banun membantahnya.

    Ia memastikan bahwa serangan hama tersebut bisa dihindari dengan lebih cara budidaya yang  dikombinasikan dengan penerapan teknologi: pemilihan varietas yang sesuai dengan musimnya, pengendalian hama dengan teknik refugia, dan penerapan teknologi Padi Aerob Terkendali dengan Penggunaan Bahan Organik (Patbo Super).

    Patbo Super merupakan teknologi budidaya padi dengan konsep penghematan air sampai 75%. Patbo Super digunakan untuk meningkatkan produktivitas padi terutama pada lahan tadah hujan dengan melakukan manajemen air dan penggunaan bahan organik untuk  menghasilkan produktivitas tinggi serta peningkatan Indeks Pertanaman.

    Lima komponen Patbo Super yang perlu diketahui, antara lain: penggunaan varietas unggul baru (VUB) kelompok ampibi, manajemen air, penggunaan bahan organik, penggunaan alsintan, dan pengendalian gulma.

    Untuk itu, Banun menyarankan petani untuk tidak membakar jerami sisa panen karena akan menyebabkan unsur hara dalam jerami hilang. Sisa jerami tersebut, sebaiknya diolah untuk menjadi pupuk organik dengan menambahkan bakteri pembusuk uagar mempercepat proses pengomposannya. "Selain bisa dipakai sendiri, dalam metode budidaya Patbo, pupuk organik juga bisa dijual dan bisa menambah pendapatan petani," jelasnya.

    Banun mendorong baik pada petani di daerah Karawang maupun Jawa Barat pada umumnya untuk dapat menggunakan teknologi yang sudah teruji tersebut untuk menaikkan produktivitas di lahan padi. Kementan secara intensif sosialisasi dan bimbingan untuk para petani terkait hal tersebut.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini