masukkan script iklan disini
Benih merupakan salah satu komponen utama yang berperan penting dalam
peningkatan kuantitas dan kualitas produksi padi, karenanya penggunaan
benih varietas unggul yang bermutu (berlabel) sangat dianjurkan. Hal ini
terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul, antara
lain: berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit, dan rasa nasi
enak (pulen).
Produksi benih padi menggunakan kelas benih sumber satu tingkat lebih tinggi dari benih yang akan dihasilkan. Misalnya, produksi benih kelas FS menggunakan benih sumber dari kelas BS. Demikian seterusnya benih SS dari hasil benih sumber FS dan benih ES dari hasil benih sumber SS.
Pemilihan lokasi dan lahan
• Lokasi mudah dijangkau.
• Lahan bera atau bekas pertanaman varietas lain yang memiliki perbedaan mencolok pada karakteristik pertumbuhannya.
• kondisi lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas lain
• Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Jika tidak memungkinkan, dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.
Persemaian
• Tanah diolah dan dibiarkan macak-macak selama dua hari lalu dikeringkan selama tujuh hari, kemudian diolah lagi.
• Buat bedengan dengan tinggi 5 – 10 cm, lebar 110 cm, dan panjang disesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan
• Luas persemaian 4% dari luas areal pertanaman, dengan kebutuhan benih 10 – 20 kg/ha.
• Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam dan siap ditaburkan dengan kerapatan 25 – 50 g/m2
• Persemaian diberi pupuk organik, TSP dan KCl masing-masing sebanyak 15 g/m2.
Penyiapan lahan
• Tanah dibajak (I) dan dibiarkan macak-macak selama dua hari lalu dikeringkan selama tujuh hari, kemudian diolah lagi (II) dibiarkan macak-macak selama dua hari lalu dikeringkan selama tujuh hari. Terakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan.
Penanaman
• Penanaman menggunakan bibit muda (15-21 HSS) dengan 1 bibit per lubang tanam. • Sistim tanam yang dianjurkan adalah legowo 2:1
• Setelah penanaman air dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10 hari.
Pemupukan
• Pemberian pupuk SP36 dan KCI, dosisnya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah, berdasarkan hasil uji PUTS.
• Pupuk urea sebagai pupuk dasar diberikan 75 kg/ha, sedangkan pupuk urea susulan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (menggunakan Bagan Warna Daun /BWD) yang diukur setiap 10 hari sekali sejak 21 HST.
• Apabila tidak memungkinkan pemberian pupuk dengan cara di atas, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pupuk dasar (saat tanam): urea 40–80 kg/ha dan SP36 100–120 kg/ha. 2. Pupuk susulan I (4 MST): Urea 40–80 kg/ha dan KCl 50–75 kg/ha. 3. Pupuk susulan II (7 MST) : Urea 40–80 kg/ha dan KCl 50–75 kg/ha.
Pengairan
• Lakukan pengairan berselang atau intermitten sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman, dengan urutan sebagai berikut:
- Setelah tanam, air dipertahankan setinggi 3 cm selama 3 hari kemudian air dibuang hingga kondisi macak-macak selama 10 hari.
- Dari fase pembentukan anakan sampai fase primodia bunga, lahan digenangi setinggi 3 cm.
- Sebelum dilakukan pemupukan susulan, air dibuang dan sekaligus dilakukan penyiangan.
- Pada fase primodia bunga hingga bunting, lahan digenagi dengan ketinggian air 5 cm untuk menekan pertumbuhan anakan yang baru.
- Selama fase bunting hingga berbunga, lahan diairi setinggi 5 cm dan biarhan mengering kemudian diari lagi secara bergantian.
- Pada fase pengisian biji, air dipertahankan setinggi 3 cm.
- Saat fase pemasakan, lahan diairi dan dikeringkan secara bergantian.
- Seminggu menjelang panen, lahan dikeringkan.
Penyiangan
• Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali pada saat sebelum pemupukan susulan I dan II.
Pengendalian hama dan penyakit
• Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu. Apabila diperlukan, penggunaan pestisida harus dilakukan dengan bijaksana.
• Hama dan penyakit utama tanaman padi:
1. Tikus Pengendalian harus dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan menerapkan: pola tanam serempak (selisih waktu tidak lebih dari 2 minggu), gropyokan, pemasangan bubu perangkap TBS atau LTBS, sanitasi gulma, fumigasi/pengasapan belerang dan jika populasi masih tinggi dapat digunakan rodentisida sesuai anjuran.
2. Wereng Coklat Pengendalian dengan menggunakan varietas tahan (Membramo, Widas, Cimelati, Cigeulis dan Ciapus), tanam jajar legowo, pergiliran varietas, takaran pupuk sesuai dengan BWD dan jika diperlukan penggunaan insektisida botani (bahan aktif Beauveria bassiana atau Metarhizium annisopliae) atau insektisida kimiawi (bahan aktif amitraz, bupofrezin, BPMC, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbolsulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur atau tiametoksan).
3. Penggerek Batang Pengendalian dengan mengatur waktu tanam, penggunaan perangkap lampu, penggunaan perangkap feromon, insektisida berbahan aktif karbofuran, fipronil, bensultap, karbosulfan, dimenhipo dan amitraz. Saat panen, jerami dipotong rendah untuk mengurangi populasi larva.
4. Keong Mas Pengendalian dengan: mengeringkan sawah setelah penanaman, memasang saringan berukuran 5 mm mesh pada tempat air masuk, membuat caren di dalam dan di sekeliling petakan, memungut keong dan hancurkan , mengumpan dengan daun talas dan pepaya, memasang ajir agar keong bertelur pada ajir kemudian telurnya dimusnahkan, menggunakan pestisida berbahan aktif niclos amida atau pestisida botani seperti lerak, deris dan saponin.
5. Penyakit tungro Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng hijau. Pengendalian dengan menanam varietas tahan tungro (Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad Unda, Kalimas dan Bondoyudo), tanam serempak minimal 20 ha, tanam dengan jajar legowo, sawah jangan dikeringkan, insektisida berbahan aktif BPMC, MIPC, bufrezin, imidakloprid, karbofuran dan tiametoksam.
6. Penyakit Hawar daun Bakteri (HDB) Pengendalian dengan menggunakan varietas tahan (Conde dan Angke), gunakan pupuk NPK dalam dosis yang tepat, hindari penggenangan yang terus menerus, lakukan pergiliran tanaman.
Rouging/seleksi
• Rouging dilakukan untuk menjaga kemurnian genetik dengan cara membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi.
• Rouging dilakukan pada stadia vegetatif awal (35-45 HST), Stadia vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST), Stadia generatif awal/berbunga (85-90 HST) dan stadia generatif akhir/masak (100-115 HST).
Panen
• Panen dilakukan setelah malai menguning 90-95% dan telah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.
• Dua baris tanaman paling pinggir dipanen terpisah dan tidak dijadikan sebagai calon benih.
• Calon benih dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10-12%. Pengolahan
• Calon benih dibersihkan dari kotoran dan gabah yang hampa dengan cara ditapi atau menggunakan mesin pembersih (air screen claner atau aspirator).
• Jika diperlukan, grading (pemilahan benih) dapat dilakukan untuk mendapatkan benih yang seragam dalam ukuran, bentuk dan bobotnya. Pengemasan
• Pengemasan dilakukan setelah dilakukan uji laboratorium terhadap contoh benih dan dinyatakan lulus oleh BPSB.
• Benih dapat dikemas dengan karung plastik yang dilapisi kantong plastik di dalamnya.
• Untuk tujuan komersil, benih sebaiknya dikemas dalam kantong plastik dengan ketebalan 0,08 mm atau lebih, kemudian diberi label dan selanjutnya di kelim rapat.
Penyimpanan
• Benih disimpan dalam gudang penyimpanan yang selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: tidak bocor, bersih, lantai terbuat dari semen/beton dan mempunyai ventilasi yang cukup dan sirkulasi udara lancar.
• Benih disimpan dalam rak-rak benih atau ditumpuk dengan rapi (setiap varietas terpisah) dan di bagian bawah diberi balok kayu agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
• Setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi: nama varietas, tanggal panen, asal petak pertanaman, jumlah benih awal penyimpanan, jumlah benih saat pemeriksaan stok terakhir dan hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal dan persentase daya kecambah).
Oleh : Pepi Nur Susilawati
Baca juga perbanyakan tanaman
Produksi benih padi menggunakan kelas benih sumber satu tingkat lebih tinggi dari benih yang akan dihasilkan. Misalnya, produksi benih kelas FS menggunakan benih sumber dari kelas BS. Demikian seterusnya benih SS dari hasil benih sumber FS dan benih ES dari hasil benih sumber SS.
Pemilihan lokasi dan lahan
• Lokasi mudah dijangkau.
• Lahan bera atau bekas pertanaman varietas lain yang memiliki perbedaan mencolok pada karakteristik pertumbuhannya.
• kondisi lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas lain
• Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Jika tidak memungkinkan, dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.
Persemaian
• Tanah diolah dan dibiarkan macak-macak selama dua hari lalu dikeringkan selama tujuh hari, kemudian diolah lagi.
• Buat bedengan dengan tinggi 5 – 10 cm, lebar 110 cm, dan panjang disesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan
• Luas persemaian 4% dari luas areal pertanaman, dengan kebutuhan benih 10 – 20 kg/ha.
• Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam dan siap ditaburkan dengan kerapatan 25 – 50 g/m2
• Persemaian diberi pupuk organik, TSP dan KCl masing-masing sebanyak 15 g/m2.
Penyiapan lahan
• Tanah dibajak (I) dan dibiarkan macak-macak selama dua hari lalu dikeringkan selama tujuh hari, kemudian diolah lagi (II) dibiarkan macak-macak selama dua hari lalu dikeringkan selama tujuh hari. Terakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan.
Penanaman
• Penanaman menggunakan bibit muda (15-21 HSS) dengan 1 bibit per lubang tanam. • Sistim tanam yang dianjurkan adalah legowo 2:1
• Setelah penanaman air dibiarkan macak-macak (1-3 cm) selama 7-10 hari.
Pemupukan
• Pemberian pupuk SP36 dan KCI, dosisnya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah, berdasarkan hasil uji PUTS.
• Pupuk urea sebagai pupuk dasar diberikan 75 kg/ha, sedangkan pupuk urea susulan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (menggunakan Bagan Warna Daun /BWD) yang diukur setiap 10 hari sekali sejak 21 HST.
• Apabila tidak memungkinkan pemberian pupuk dengan cara di atas, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pupuk dasar (saat tanam): urea 40–80 kg/ha dan SP36 100–120 kg/ha. 2. Pupuk susulan I (4 MST): Urea 40–80 kg/ha dan KCl 50–75 kg/ha. 3. Pupuk susulan II (7 MST) : Urea 40–80 kg/ha dan KCl 50–75 kg/ha.
Pengairan
• Lakukan pengairan berselang atau intermitten sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman, dengan urutan sebagai berikut:
- Setelah tanam, air dipertahankan setinggi 3 cm selama 3 hari kemudian air dibuang hingga kondisi macak-macak selama 10 hari.
- Dari fase pembentukan anakan sampai fase primodia bunga, lahan digenangi setinggi 3 cm.
- Sebelum dilakukan pemupukan susulan, air dibuang dan sekaligus dilakukan penyiangan.
- Pada fase primodia bunga hingga bunting, lahan digenagi dengan ketinggian air 5 cm untuk menekan pertumbuhan anakan yang baru.
- Selama fase bunting hingga berbunga, lahan diairi setinggi 5 cm dan biarhan mengering kemudian diari lagi secara bergantian.
- Pada fase pengisian biji, air dipertahankan setinggi 3 cm.
- Saat fase pemasakan, lahan diairi dan dikeringkan secara bergantian.
- Seminggu menjelang panen, lahan dikeringkan.
Penyiangan
• Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali pada saat sebelum pemupukan susulan I dan II.
Pengendalian hama dan penyakit
• Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu. Apabila diperlukan, penggunaan pestisida harus dilakukan dengan bijaksana.
• Hama dan penyakit utama tanaman padi:
1. Tikus Pengendalian harus dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan menerapkan: pola tanam serempak (selisih waktu tidak lebih dari 2 minggu), gropyokan, pemasangan bubu perangkap TBS atau LTBS, sanitasi gulma, fumigasi/pengasapan belerang dan jika populasi masih tinggi dapat digunakan rodentisida sesuai anjuran.
2. Wereng Coklat Pengendalian dengan menggunakan varietas tahan (Membramo, Widas, Cimelati, Cigeulis dan Ciapus), tanam jajar legowo, pergiliran varietas, takaran pupuk sesuai dengan BWD dan jika diperlukan penggunaan insektisida botani (bahan aktif Beauveria bassiana atau Metarhizium annisopliae) atau insektisida kimiawi (bahan aktif amitraz, bupofrezin, BPMC, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbolsulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur atau tiametoksan).
3. Penggerek Batang Pengendalian dengan mengatur waktu tanam, penggunaan perangkap lampu, penggunaan perangkap feromon, insektisida berbahan aktif karbofuran, fipronil, bensultap, karbosulfan, dimenhipo dan amitraz. Saat panen, jerami dipotong rendah untuk mengurangi populasi larva.
4. Keong Mas Pengendalian dengan: mengeringkan sawah setelah penanaman, memasang saringan berukuran 5 mm mesh pada tempat air masuk, membuat caren di dalam dan di sekeliling petakan, memungut keong dan hancurkan , mengumpan dengan daun talas dan pepaya, memasang ajir agar keong bertelur pada ajir kemudian telurnya dimusnahkan, menggunakan pestisida berbahan aktif niclos amida atau pestisida botani seperti lerak, deris dan saponin.
5. Penyakit tungro Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng hijau. Pengendalian dengan menanam varietas tahan tungro (Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad Unda, Kalimas dan Bondoyudo), tanam serempak minimal 20 ha, tanam dengan jajar legowo, sawah jangan dikeringkan, insektisida berbahan aktif BPMC, MIPC, bufrezin, imidakloprid, karbofuran dan tiametoksam.
6. Penyakit Hawar daun Bakteri (HDB) Pengendalian dengan menggunakan varietas tahan (Conde dan Angke), gunakan pupuk NPK dalam dosis yang tepat, hindari penggenangan yang terus menerus, lakukan pergiliran tanaman.
Rouging/seleksi
• Rouging dilakukan untuk menjaga kemurnian genetik dengan cara membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi.
• Rouging dilakukan pada stadia vegetatif awal (35-45 HST), Stadia vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST), Stadia generatif awal/berbunga (85-90 HST) dan stadia generatif akhir/masak (100-115 HST).
Panen
• Panen dilakukan setelah malai menguning 90-95% dan telah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.
• Dua baris tanaman paling pinggir dipanen terpisah dan tidak dijadikan sebagai calon benih.
• Calon benih dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10-12%. Pengolahan
• Calon benih dibersihkan dari kotoran dan gabah yang hampa dengan cara ditapi atau menggunakan mesin pembersih (air screen claner atau aspirator).
• Jika diperlukan, grading (pemilahan benih) dapat dilakukan untuk mendapatkan benih yang seragam dalam ukuran, bentuk dan bobotnya. Pengemasan
• Pengemasan dilakukan setelah dilakukan uji laboratorium terhadap contoh benih dan dinyatakan lulus oleh BPSB.
• Benih dapat dikemas dengan karung plastik yang dilapisi kantong plastik di dalamnya.
• Untuk tujuan komersil, benih sebaiknya dikemas dalam kantong plastik dengan ketebalan 0,08 mm atau lebih, kemudian diberi label dan selanjutnya di kelim rapat.
Penyimpanan
• Benih disimpan dalam gudang penyimpanan yang selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: tidak bocor, bersih, lantai terbuat dari semen/beton dan mempunyai ventilasi yang cukup dan sirkulasi udara lancar.
• Benih disimpan dalam rak-rak benih atau ditumpuk dengan rapi (setiap varietas terpisah) dan di bagian bawah diberi balok kayu agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
• Setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi: nama varietas, tanggal panen, asal petak pertanaman, jumlah benih awal penyimpanan, jumlah benih saat pemeriksaan stok terakhir dan hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal dan persentase daya kecambah).
Oleh : Pepi Nur Susilawati
Baca juga perbanyakan tanaman