masukkan script iklan disini
Sahabat Potret pertanian yang baik hati dan tidak sombong
admin ucapkan selamat berjumpa kembali setelah sekian lama absen karena
kesibukan yang tidak dapat diti8nggalkan..
Kali ini admin akan mengajak sahabat semua untuk Mengingat
kembali kisah legendaries dari padang
sumatera barat yaitu kisah sianak durhaka si malin kundang, baiklah sahabat
potret pertanian kita simak langsung cerita berikut.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan wisata
bahari dan wisata pantainya, salah satunya adalah Pantai Air Manis yang
terletak di Padang. Seperti pantai pada umumnya, di Pantai Air Manis anda akan
disuguhi pemandangan ombak yang bergulung dan nyiur melambai yang melengkapi
lukisan alam. Anda akan disuguhi pemandangan air dan langit yang sama berwarna
biru. Tapi ada satu ciri khas pantai air manis yang tidak dimiliki
pantai-pantai lainnya, yaitu cerita tentang Malin Kundang si Anak Durhaka lengkap
dengan batu Malin Kundang yang sedan bersujud meminta ampun pada ibunya. Cerita
ini sudah sangat melegenda bukan hanya di tanah Sumatera bahkan ke seluruh
penjuru nusantara dan ke negara tetangga.
Malin Kundang bersujud dan meminta ampun pada ibunya setelah
ia tidak mengakui ibunya sendiri karena malu memiliki ibu yang miskin dan
bajunya compang-camping. Malin kecil adalah anak yang berbakti pada ibunya, ia
telah berubah setelah pelayaran. Malin kecil selalu membantu ibu mencari kayu
bakar dan bahkan mencari uang, bapaknya telah meninggal sejal adik perempuannya
lahir. Sejak kecil Malin Kundang sudah bermimpi untuk menjadi pelaut dan sukses
di pelayaran. Saat ada sekelompok pelaut yang singgah di desanya, sang kapten
kapal kagum dengan kemampuan Malin menembak dan memanjat pohon lalu mengajak
Malin dalam pelayaran. Malin ikut dalam pelayaran dengan ayah angkatnya
tersebut.
Sang Ibu melepaskan Malin dengan berat hati, ia selalu
menunggu hari kepulangan Malin. Ia dan adik perempuan Malin selalu menghitung
setiap hari yang terlewat setelah kepergian Malin. Sementara di perjalanan
Malin dan ayah angkatnya yang baik hati selalu memerangi perompak dan
membebaskan tawanan mereka wanita dan anak-anak. Namun sayang pada suatu
pertarungan ayah angkat Malin harus terbunuh, sehingga Malin diangkat menjadi
kapten kapal. Malin bukan kapten kapal yang terlalu baik karena cepat tergoda
dengan harta. Apalagi ada kabar tentang harta karun di sebuah pulau terpencil.
Malin bekerja sama dengan kelompok perompak untuk mengeruk harta karun itu
untuk kepentingannya sendiri.
Ia menjadi kaya raya dan memiliki istri cantik jelita. Pada
suatu pelayaran, sang istri sangat haus dan ingin minum kelapa muda. Maka
mereka sandar di suatu pantai yang ternyata adalah Pantai Air Manis, rumah
Malin dulu kala. Ibu Malin mendengar kabar kepulangan anaknya dan menemui Malin
dengan baju paling bagus yang dimilikinya. Namun baju itu tidak cukup bagus di
mata Malin dan membuat Malin tidak ingin mengakui ibu kandungnya sendiri. Ibu
Malin mengucapkan kutukan agar Malin dikutuk jadi batu. Seketika badai besar
terjadi, Malin minta ampun pada ibunya dan bersujud. Namun sayang, kutukan
telah terlanjur mengubahnya menjadi abu.
Batu-batu di Pantai Air Manis sangat jelas
membentuk manusia yang sedang bersujud dan juga membentuk pecahan-pecahan kapal
lainnya seperti kendi, tambang dan tangga, dan perlengkapan kapal lainnya.
Entah barang-barang ini memang ikut berubah menjadi batu bersama Malin, atau pada
jaman dulu kala ada seorang yang pandai mengukir dan mengukirkan cerita Malin
Kundang sambil juga mengukirkan bebatuan disini menyerupai kapal yang hancur
dan manusia yang bersujud. Tapi cerita Malin si anak durhaka tetap menjadi daya
tarik tersendiri bagi Pantai Air Manis. Cerita ini juga tentunya bisa
mengingatkan kita untuk selalu bersikap sopan dan santun serta menghargai
orangtua. sumberpotret pertanian