-->
  • Jelajahi

    Copyright © POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Semakin Hari Minat Manjadi Petani Petani Berkurang & Lahan Menyempit

    QBeritakan.com
    Rabu, Juni 07, 2023, Rabu, Juni 07, 2023 WIB Last Updated 2023-06-07T16:28:45Z


    masukkan script iklan disini

    POTRET PERTANIAN -  Pertanian, dalam paradigma pembangunan berkelanjutan merupakan sistem pembangunan yang secara menyeluruh memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam serta teknologi untuk mensejahterakan masyarakat. Lantas kalau kita sandingkan dengan kondisi sekarang, masihkah 20 tahun ke depan demikian?

    Peran petani sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan pangan bagi suatu wilayah. Dengan semakin berkurangnya jumlah petani saat ini dan petani saat ini rata-rata sudah berumur tua dapat mengancam ketahanan pangan secara keseluruhan.

    Keluarga sebagai faktor internal berperan penting terhadap regenerasi petani dimana mereka secara langsung dapat berinteraksi setiap saat. Peran pemerintah dan swasta dalam kebijakan alih fungsi lahan perlu memperhatikan dampak yang ditimbulkan.

    Ancaman krisis pangan pun kini menjadi perhatian berbagai negara, termasuk Indonesia. Peningkatan harga pangan serta ancaman jumlah pasokan menjadi perhatian, serta diperlukan antisipasi dari dalam negeri.

    Terlebih, Negara produsen pangan untuk dunia juga menjaga pangannya agar tidak menjual keluar dan difokuskan menjadi pangan lokal. Ini menjadi tantangan menjaga pangan dalam negeri bergantung pada diri sendiri.

    Indonesia pun punya tantangan tersendiri, yakni berkurangnya jumlah petani dan petani yang mulai menua. Akibatnya, produktivitas pun stagnan, dan akan mempengaruhi jumlah panen.

    Selain turunnya jumlah petani dan lahan, kualitas benih pangan juga menjadi kendala, karenakurang adaptif pada perubahan iklim. Kerusakan infrastruktur dan bencana alam juga menjadi perhatian, karena bisa menghambat pemenuhan pangan.

    Tak kalah penting, bahwa perubahan iklim sangat mempengaruhi, ada hujan terus menerus, musim basah, ini mempengaruhi produktivitas pangan. Sampai saat ini kita masih berkutat mencari benih yang tahan, karena stabilitas pangan perlu diantisipasi dengan cepat.

    Peran petani secara tidak langsung menjadi ujung tombak dalam menjaga ketersediaan pangan, apabila ketersediaan petani secara nasional kian menurun, maka hal tersebut akan berkorelasi positif dengan menurunnya ketahanan pangan nasional.

    Menurunnya tenaga kerja petani berdampak terhadap produktivitas pertanian yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan pada upaya penjaminan hak atas pangan di Indonesia.

    Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sebanyak 38,7 juta penduduk yang bekerja di sektor pertanian.

    Dari angka ini, ancaman penuaan pada pekerja di sektor pertanian bakal terjadi sebab regenerasi yang terbilang sulit di Tanah Air.

    Petani yang Menua dan 'Ogah'nya Milenial Jadi Petani

    Menyuburkan generasi petani hingga tahun-tahun berikutnya menjadi tantangan tersendiri di negeri Agraris ini.

    Dalam catatan CNBC Indonesia, presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengungkapkan keinginannya profesi petani menjadi sebuah profesi yang menjanjikan dan bisa mensejahterakan. Kepala negara ingin, generasi muda lebih berminat untuk menjadi petani.

    Lantas apa yang menyebabkan generasi muda tak mau menggeluti bidang pertanian?

    Bidang pertanian tak lagi menarik minat anak muda, khususnya dari generasi Z. Berdasarkan hasil survei Jakpat, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian. Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z yang tak ingin bekerja di bidang pertanian.

    Lantas benarkah demikian? nyatanya pertanian cukup pelik dilakukan karena membutuhkan modal yang besar dengan hasil usaha tani yang bisa dibilang 'tebak-tebakan'. Jika hasil usaha tani bagus maka bisa menutupi modal yang bersumber dari hutang di bank ataupun dari pinjaman keluarga.

    Namun jika gagal atau setengah gagal maka hasil pendapatan akan habis menutupi sewa lahan (jiwa lahan bukan milik sendiri), biaya pupuk, biaya pestisida yang mahal hingga biaya lainnya.

    Rendahnya minat pemuda bekerja di sektor ini pun membuat Indonesia harus puas berada di urutan keenam negara dengan proporsi tenaga kerja pertanian tertinggi di Asia Tenggara. Menurut ASEAN Statistics Division, proporsi tenaga kerja pertanian di Indonesia sebesar 29,8% pada 2020.

    Posisi Indonesia berada di bawah Kamboja dengan proporsi tenaga kerja pertanian sebesar 32.1%. Sedangkan, Myanmar menjadi negara yang memiliki proporsi tenaga kerja pertanian paling tinggi di Asia Tenggara, yakni 48,9%.

    Pada dasarnya ini soal pengembangan sumberdaya manusianya dan fasilitas yang memadai, baik dari segi modal usaha tani, pengembangan skill yang tentunya akan menarik gen Z tertarik menggeluti bidang pertanian apalagi industri sedang di landa PHK seperti saat sekarang ini.

    Tentunya akan ada banyak generasi yang ingin menggeluti bidang ini namun memang perlu digali lebih lanjut terkait modal yang dimiliki.

    Karena perkembangan teknolog sektor pertanian yang cepat perlu diimbangi dengan regenerasi SDM pertanian yang cepat pula. Inilah pentingnya memperkenalkan dunia pertanian kepada generasi muda sejak dini. Tidak hanya milenial, kini pertanian juga menjadi sesuatu yang dekat dengan generasi milenial.

    Regenerasi petani ini kami nilai begitu penting untuk dilakukan melihat alasan dan dampak untuk ketahanan pangan. Regenerasi petani perlu dilakukan karena melihat dari usia petani yang semakin tua ini mengakibatkan penurunan kinerja dalam bidang pertanian.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini