masukkan script iklan disini
Sahabat potret pertanian kali ini admin ingin mengajak
sahabat potret pertanian Melihat Wajah Pertanian Di daerah Lampung Utara
Disebuah desa kecil Dimana Admin dulu dibesarkan Dan didik Oleh Keluarga Admin
disini, Dari kecil Admin dikenalkan Dengan Pertanian dan bagaimana caranya
bercocok tanam Dengan system yang jauh dikatakan dengan pertanian modern.
Dulu Pertani9an disini sekalipun dengan system yang masih
Tradisional akan tetapi hasil yang diperoleh pun terbilang Lumanyan. Tanaman
yang dibudidayaknan pun berfariasi, Dari Jagung, Kedelai Singkong Serta Padi
Gogo yang dapat menanam 1 kali dalam setahun pada waktu musim penghujan datang.
Dengan Seiring berjalanya waktu saat itu sekitar Tahun 92 an
semua komoditas yang ada yang ada dapat tumbuh subur disini dengan perlakuan
yang sangat sederhana tapi mampu mendapatkan produk produk pertanian yang baik.
Saat ini ketika admin membuat tulisan sederhana ini tahun 2015 jadi selang 25 tahun yang lalu, suasana yang
dulu tak lagi ada yang pada saat itu hamparan luas tanaman jagung, singkong
padi, kedelai serta tanaman yang lain tak lagi ada, yang ada saat ini adalah
Tanaman tahunan yaitu Karet. Dari Hasil kebun ini lah saat ini Para Petani ini
menggantungkankan Hajat hidupnya untu7k memenuhi kebutuhan sehari-hari para
Petani disini. Tak ada lagi tanaman Palawija dan hortikultura yang bisa ditanam
lagi disini. Nah disinilah Pokok
permasalah yang akan admin angkat sebagai bahan renungan buat kita semua.
Sahabat Potret, Tanah Negri ini sangatlah Subur bak sair
lagu yang judulnya admin pun lupa kira kira sair nya seperti ini. Bukan lautan
Tapi Kolam susu, Tongkat dan kayu jadi Tanaman. Istilah inilah yang mengatakan
Apapun disini bisa hidup, ditanah yang agararis ditanah yang kaya akan unsur
hara untuk mencukupi semua kebutuhan tanaman dalam menyelesaikan siklus
hidupnya. Saat ini tanah kita bukan tidak subur bukan tidak Kaya lagi dengan
unsur Hara Tapi alih fungsi lahan yan terjadi disini, lahan yang apapun bisa tumbuhi
dan berkembang disini dengan subur tak lagi bisa hidup karena Beberapa Faktor.
Sehingga Masarakat pedesaan disini Taklagi bisa mengkonsumsi Hasil pertanianya
sendiri, seperti beras, sayuran seperti bayam, kangkung dan terong. masarakat disini harus membelinya. Ironis
Bukan jika petani harus membeli hasil tani untuk dikonsumsi Petani itu sendiri
! Aapalagi dalam kondisi seperti saat ini Harga komoditas perkebunan Karet
terutana dalam level yang dibawah, dengan harga rata-rata ditingkat petani
Hanya berkisaran Rp. 4000 sampai Rp. 4500 per kilo gram nya. Sementara hasil
perhektar disini rata- rata dalam perbulan berkisar 150 kg samapai 200 kg jadi
sekitar Rp. 675.000 sampai Rp. 900.000 perbualan. Itupunjika harga Rp. 4500/Kg.
Jadi penghasilan petani disini berkisar
Rp. 22.500 sampai Rp. 30.000/ hari. Bisa kita bayangkan dengan
penghasilan sebesar itu Petani Harus membeli semua kebutuhan mereka, Belum lagi
biaya biaya yang lain, Lampu, Air, biaya sekolah anak anak mereka, Kredit Motor
dan lain lain. Ironis bukan Nasib petani disini.!
Dalam keadaan seperti ini apakah petani dapat dikatakan
hidup dalam kesejahteraan, mari kita bersama bergerak untuk turut serta dalam
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani Tentunya tidak dengan
demontrasi meneuntut kepemerintah menuntut kesejahteraan tetati dengan aksi
nyata meningkatkan produksi hasil hasil pertanian baik mutu maupun
kuantitasnya, karena dengan hasil pertanian yang bermutu dan denga kualitas yang lebih baik tentunya akan
menambah harga jual hasil – hasil produksi pertanian kita. Serta meningkatkan
hasil produksi menjadi lebih banyak dari sebelumnya yang dari 150 sampai
200 kg bisa menjadi 400 kg akan lain
ceritanya.! Mari bersama sisingjkan lengan untuk Pergerakan nyata untuk
membantu petani kita menjadi lebih baik lagi.!
Baiklah sahabat potret demikian sekilas info semoga berguna
bagi kita semua dan salam potret pertanian.!