masukkan script iklan disini
Potret Pertanian - Tumang Sari Tomat dan Sawi Putih, Luasan
lahan memang berkorelasi positif dengan besar kecilnya tingkat
pendapatan petani. Meski demikian, bukan berarti dengan lahan yang
sempit petani sama sekali tidak bisa berkutik untuk mendapatkan
penghasilan lebih atau setidaknya mampu mencukupi kebutuhan mereka
sehari-hari.
Salah satu siasat yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan potensi lahan
yang memang sedikit itu adalah dengan menerapkan sistem tanam
tumpangsari (polyculture) atau menanam dua atau lebih macam tanaman pada
satu luasan lahan dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan.
Dalam sistem tanam tumpangsari juga dikenal istilah double cropping,
multiple cropping, dan relay cropping. Istilah double cropping muncul
saat dua macam tanaman ditanam secara bersamaan dalam satu luasan lahan.
Sementara apabila dalam satu luasan lahan tersebut ditanam lebih dari
dua macam tanaman dengan jeda waktu yang bersamaan atau hampir
bersamaan, maka sistem tanam ini dikenal dengan sebutan multiple
cropping. Namun apabila penanam tanaman kedua dilakukan segera setelah
tanaman pertama dipanen, maka hal ini dikenal sebagai relay cropping
atau sistem tumpang gilir.
Dalam
praktiknya, double cropping ataupun multiple cropping sudah banyak dan
lazim diterapkan oleh para petani hortikultura, terutama di kawasan
Bandung Barat, Bandung, dan juga Garut. Di Lembang, Bandung Barat,
misalnya, akan sangat sulit menemukan petani yang hanya menanam satu
jenis tanaman (monoculture) di lahan garapan mereka. Umumnya mereka
selalu menanam dua atau lebih jenis tanaman sayuran dalam waktu yang
bersamaan atau hampir bersamaan, misalnya: letuce+sawi putih+cabai
rawit/tomat.
Baca Juga :
- Budidaya Bawang Merah ( Alliun Cepa )
- CARA PRAKTIS BUDIDAYA BUAH STROBERI (Fragaria × ananassa)
- Kopi Organik Robusta Lampung
- Mengendalikan Hama Ulat Buah dan Ulat Tanah - Tips Pertanian
- Tips Mengendalian Hama Lalat Putih, Lalat Penggerek Daun dan Lalat Buah
Yang
pasti, meskipun lahan yang digunakan sempit, petani bisa menghasilkan
lebih dari satu komoditas dalam satu luasan lahan. Bahkan, apabila salah
satu tanaman yang ditanam mengalami masalah harga jual ataupun sampai
gagal panen, petani masih tetap memiliki peluang untuk mendapatkan hasil
dari komoditas lain yang diusahakan bersamaan.
Dalam menentukan jenis tanaman yang akan digunakan dalam sistem
tumpangsari sebaiknya juga mempertimbangkan ketersediaan air selama masa
pertumbuhan tanaman. Hal ini untuk mendapatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang optimal.
Demikian pula dengan tingkat kesuburan tanah. Hal itu mutlak diperlukan
untuk menghindari persaingan antar tanaman, terutama dalam penggunaan
unsur hara dan air dalam tanah. Lebih baik jika penanamannya
dikombinasikan antara tanaman yang memiliki perakaran yang dalam dengan
tanaman yang memiliki sistem perakaran dangkal.
Bentuk, luas, dan tinggi tajuk tanaman yang akan ditanam juga perlu
diperhatikan. Hal ini untuk menghindari terjadinya tumpang tindih tajuk
antar tanaman, sehingga persaingan dalam mendapatkan sinar matahari bisa
dihindari. Pasalnya, apabila penerimaan sinar matahari tidak bisa
optimal, maka hasil panennya juga tidak akan optimal lantaran proses
fotosintesa-nya terganggu.
Sementara itu, untuk mengurangi resiko serangan hama dan penyakit yang
menyerang pada tanaman tumpangsari, alangkah baiknya apabila tanaman
yang dikombinasikan memiliki jenis hama dan penyakit yang berbeda agar
tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit pada tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Seperti
yang dilakukan oleh seirang p-etani di dataran tinggi alahan panjang
solok sumatera barat ini, yaitu bapak jamal yang bertanam Tomat
tumangsari dengan sawi putih, yang hsilnya dapat dilihat pada gambar
diatas,
Selain
dapat mengoptimalkan lahan yang ada tentunya lebih menguntungkan bagi
petani, sepertinya dengan serangan ulat yang lebih suka dengan tanaman
sawi ini, sehingga tomat sebagai tanaman utamnya dapat terhindar dari
serangan hama ulat terutama, yang artinya petani lebih diunyingkan
dengan berkurangnya serangan hama ini.
Selanjutnya
sawi putih panen kurang lebih dalam waktu 40 hari setelah tanam
sehingga dalam satu musim tomat dapat menanam 2 kali sawi putih sehingga
sangat membantu dari segi pembiayaan tanaman tomat yang sedang dalam
proses perawatan.
Demikian info dari potret pertanian bersama FA, SGI sumbar.
Potret Pertanian