masukkan script iklan disini
Teknologi Matahari Pengundang Air |
Potret Pertanian - Kemajuan Zaman terus berkembang pesat, seiring perkembangan teknologi yang terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan manusia, Para pakar terus berkarya tanpa henti untuk menemukan teknologi-teknologi tepat guna dan bermanfaat untuk halayak ramai, tak terkecuali didunia pertanian yang semakin hari terus berkembang demi mendapatkan hasil-hasil dan produksi pertanian semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya.Berikut penemuan terbaru Matahari Pengundang Air.
Sinar matahari ternyata dapat digunakan untuk mengundang air. Caranya, energi sinar matahari dikumpulkan melalui panel, diubah menjadi energi listrik, lalu disimpan pada baterai. Tenaga listrik itu digunakan menggerakkan pompa untuk menyedot air dalam tanah atau sungai lalu dialirkan ke lahan pertanian.
Peneliti Badan Litbang Pertanian Popi Rejekiningrum, telah mengembangkan teknologi tersebut. Hal ini menjadi jawaban atas mahalnya biaya listrik yang dikeluhkan petani bila disarankan menggunakan pompa untuk menyedot air. “Dengan energi matahari, kita terbebas dari biaya listrik atau solar yang sering dipakai untuk menggerakkan pompa,” kata Popi.
Popi mengungkap hasil risetnya pada seminar yang digelar di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Selasa (21/3/2017). Dengan riset temuannya, Popi menawarkan teknologi Aplikasi Sistem Irigasi Pompa Tenaga Surya yang Hemat Energi dan Air untuk Pengembangan Hortikultura.
Pada kesempatan tersebut Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Dr. Dedi Nursyamsi, M. Agr sangat mengapresiasi temuan tersebut. “Saya berharap teknologi ini segera diterima masyarakat di nusantara,” ujar Kepala BBSDLP.
Menurutnya, Bumi Nusantara diuntungkan karena terletak di garis khatulistiwa sehingga jarak Indonesia lebih dekat dengan matahari dibanding negara maju di Benua Amerika atau Eropa.
Kondisi tersebut, membuat matahari bersinar lebih terik dengan lama penyinaran lebih panjang dibanding negara subtropis seperti Jepang atau Belanda. “Energi besar dari matahari terbuang percuma tanpa dimanfaatkan,” tambah Kepala BBSDLP.
Pemanfaatan energi matahari di negara kita memang masih relatif rendah sehingga harus ditingkatkan karena di masa depan negara tropis harus menjadi lumbung pangan dunia.
Menurut Popi, sebagian besar wilayah pertanian di Indonesia—terutama lahan kering—membutuhkan pasokan air yang dapat dipenuhi dengan pompa. Namun, pompa yang digerakkan listrik dan BBM berbiaya tinggi sehingga usaha pertanian menjadi merugi. “Mana mau petani kalau rugi,” kata Popi.
Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi telah melirik potensi energi surya karena intensitas radiasi rata – rata di negara kita adalah 4,8 kWh/m2/hr yang memadai untuk menyediakan listrik penggerak pompa.
Energi matahari juga mampu mengurangi emisi CO2 sebesar 705,00 g Carbon/petani/MT yang dihasilkan dari jumlah BBM yang digunakan petani. “Bila panel surya dirawat apik, maka ini penghematan luar biasa,” tutup Popi. (lae)
Informasi lebih lanjut: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian