Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, petani harus mengantisipasi gangguan yang dapat menyebabkan gagal panen.
"Petani dituntut untuk terus menjaga lahannya dari potensi gagal panen. Ada beberapa penyebab yang bisa mengganggu pertanian, seperti perubahan iklim, cuaca ekstrim, bencana alam, juga serangan organisme pengganggu tanaman dan hama. Asuransi akan membantu petani untuk menghadapi ancaman-ancaman itu," katanya, Selasa (16/3/2021).
Pentingnya asuransi juga disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy.
"Asuransi akan membantu petani menghadapi kondisi gagal panen. Sehingga petani lebih tenang dalam beraktivitas. Kita pun mengupayakan agar luas lahan ter-cover asuransi bisa bertambah banyak tahun ini sehingga produksi tidak terganggu," jelasnya.
Sarwo Edhy mengatakan, asuransi akan memberikan klaim untuk lahan yang gagal panen.
"Klaim tersebut sebesar Rp 6 juta perhektare. Dana itu bisa dimanfaatkan petani untuk tanam kembali," ujarnya.
Salah seorang petani, Zulkifli Manaf, mengatakan, sekitar 90 hektare sawah yang mengalami kekeringan itu merupakan lahan tadah hujan.
"Selama ini tidak ada sumber air, selain dari air hujan. Makanya dalam setahun, kami hanya dua kali bercocok tanam," ujarnya.
Sedangkan sekarang, menurut Zulkifli, lahan sawah mereka sedang dilanda kekeringan. Akibatnya, tanah sudah retak. Adapun umur tanaman padi di lahan yang kering tersebut, menurutnya, sudah dua bulan.
"Sudah sebulan lahan sawah kami dilanda kekeringan. Bila satu pekan ini tidak turun hujan, kami berpotensi gagal panen," ungkap Zulkifli.