-->
  • Jelajahi

    Copyright © POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    PORTOFOLIO RISIKO KITA

    Prasetyo Budi
    Jumat, April 15, 2022, Jumat, April 15, 2022 WIB Last Updated 2022-11-29T06:05:11Z


    masukkan script iklan disini


    POTRET PERTANIAN - Oleh_ Wayan Supadno.

    Sri Lanka saat ini lagi bergejolak serius mengancam keberlanjutannya. Ekstrimnya akan tetap ada atau bangkrut lalu bubar, karena krisis ekonomi yang berpangkal dari krisis pangan dan energi. Minimal likuiditas keuangan negaranya. Dampak pandemi covid 19 dan perang Rusia dan Ukraina. Menuntut semua negara sebaiknya berdaulat pangan dan energi serta cukup devisanya.

    Situasi di Sri Lanka saat ini seolah lagi menguji teori dari ;

    1. Bung Karno saat peletakan batu pertama pembangunan Kampus IPB Universtity di Bogor 1952 dipesankan " Pangan adalah soal hidup atau matinya sebuah bangsa. Maka kita harus membangun anak muda yang fokusnya menyiapkan kepastian pangan cukup untuk selamanya ".

    2. Doktrin Militer bahwa " Perbekalan (pangan/logistik) memang tiada kan memenangkan pertempuran. Tetapi tanpa perbekalan tiada kan pernah ada kemenangan pertempuran. Maka harus ada kepastian perbekalan jumlah yang cukup setiap saat ".

    Indonesia sesungguhnya sedang mengalami krisis petani. Padahal petani adalah rohnya pangan (pertanian), sedangkan pangan rohnya sebuah negara. Krisis petani diakibatkan oleh :

    1. Alih profesi petani sebanyak 5,2 juta KK selama 10 tahun atau sekitar 0,5 juta/KK. Proporsi petani muda usia di bawah 40 tahun hanya 12% total jumlah petani kita. Kepemilikan lahan sempit 0,3 ha/KK ada 16 juta KK biasa disebut oleh pemerintah sebagai petani gurem. (Sensus Pertanian terakhir 2013) yang diadakan setiap 10 tahun sekali.

    2. Minimnya animo anak muda yang berminat jadi petani. Ditandai dengan banyaknya fakultas pertanian tutup akibat kekurangan jumlah mahasiswa. Bahkan yang sudah jadi mahasiswa pertanianpun setelah lulus dominan bukan jadi petani (praktisi pertanian). Banyak di bank, asuransi lainnya.

    Dengan sebab - sebab di atas berdampak serius terhadap kondisi pangan kita yang makin tidak baik saja. Dengan ditandai ;

    1. Beras, sekalipun tahun 1984 dikenal eksportir beras bahkan pernah membantu Ethiopia saat kelaparan. Saat ini sesekali masih impor beras di dalam negeri kurang kompetitif harganya akibat harga pokok produksi (HPP) tinggi jadi sebab petani selalu resah ketakutan jika ada beras impor. Dampak dari petani kita usia tua berpendidikan rendah tidak inovatif iklim usaha kurang mendukung.

    2. Gula, tahun 1930 kita juara 2 sedunia produsen gula terbanyak. Saat ini juara 1 importir gula hingga 4 juta ton/tahun. Setara kurang luas tanam tebu 800.000 ha atau kekurangan petani 400.000 KK petani. Jika gula terkendala impornya, misal saat lock down maka harga 2x lipatnya, mengerek inflasi. Setara devisa Rp 25 triliun/tahun.

    3. Sapi, sekalipun tahun 1984 kita jadi eksportir sapi. Saat ini jadi importir daging kerbau sapi hidup. Jika disetarakan dengan rerata 400 kg/ekor maka kita impor minimal 1,5 juta ekor/tahun. atau setara kekurangan peternak sapi indukan 4 juta ekor agar beranak 1,5 juta jantan 1,5 juta betina. Nilai devisa terkuras untuk impor Rp 30 an triliun/tahun.

    Tentu masih banyak sekali portofolio risiko pangan kita. Ditandai impor pangan ratusan triliun/tahun. Akibat makin krisis jumlah petani. Misal saja bawang putih impor 560.000 ton/tahun setara luas tanam 100.000 ha. Kedelai minimal impor 2,8 juta ton/tahun setara luas tanam 1,6 juta ha. Susu 78% dari total kebutuhan nasional masih impor. Berdampak juga 19 jutaan hektar lahan telantar 9,1 juta pengangguran.


    Salam 🇲🇨
    Wayan Supadno
    Pak Tani

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini