-->
  • Jelajahi

    Copyright © POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Hama Penyakit dan Gulma Pada Tanaman Sagu

    Prasetyo Budi
    Jumat, Oktober 31, 2014, Jumat, Oktober 31, 2014 WIB Last Updated 2017-02-01T08:09:29Z


    masukkan script iklan disini
    Hama, Penyakit dan gulma adalah masalah yang selalu dihadapi oleh para petani dan pada kesempatan ini kita akan mengulas sedikit tentang masalah yang sering dihadapi oleh para petani sagu dan berikut ulasanya.


    Ciri: Tubuhnya berbulu pendek dan sangat rapat pada bagian ekornya. Kepompong berwarna kuning dengan ukuran yang lebih kecil daripada lundi, terbungkus dalam bahan yang terbuat dari tanah. Kumbang dewasa berwarna merah sawo, berukuran 3-5 cm. Imago (kumbang dewasa) meninggalkan rumah kepompongnya pada malam hari dan terbang ke pohon sagu. Gejala: terdapat lubang pada pucuk daun bekas gerekan kumbang, setelah berkembang tampak terpotong seperti digunting dalam bentuk segitiga. Bila titik tumbuhnya rusak, sagu tidak mampu membentuk daun lagi dan akhirnya mati. 

    Pengendalian mekanis: pohon-pohon sagu yang mendapat serangan ditebang dan dibakar, sedangkan pucuknya dibelah-belah, kemudian diberi Aldrin 40% WP yang dipakai sebagai perangkap. Penebangan pohon menggunakan gergaji mekanis atau kapak. Bila menyerang sagu muda, maka Oryctes dapat dimatikan dengan kawat runcing yang ditusukkan ke Oryctes pada lubang gerekan sampai tembus badannya dan ditarik keluar. Pengendalian: pada pucuk pohon diberi Heptachlor 10 gram, Diazinon 10 gram, dan BHC. Sedang cara biologis adalah dengan Oryctes dapat diserang oleh cendawan (Meterrhizium anisopliae) yang sifatnya sebagai parasit pada stadium larva, tetapi daya bunuhnya terlalu rendah. Selengkapnya tentang Oryctes rhinoceris sp

    Tanaman Sagu
    b) Kumbang sagu (Rhynchophorus sp)

    Terdapat beberapa jenis, yaitu: 
    • Rhynchophorus ferrugineus, Oliv (kumbang sagu); 
    • Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Schach, Fan 
    • Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Papuanus, Kirsch. 
    Perbedaannya terletak pada bentuk, ukuran dan rupa kumbang dewasa. Ciri serangan sekunder setelah kumbang Oryctes biasanya meletakkan telur di luka bekas Oryctes. Bila serangan terjadi pada titik tumbuh dapat menyebabkan kematian pohon. Pengendalian: sama dengan kumbang Oryctes.


    c) Ulat daun Artona (Artona catoxantha, Hamps. atau Brachartona catoxantha)

    Ciri: 
    1. Kupu-kupu Artona catoxantha, Hamps. berukuran panjang 10-15 mm, dengan jarak sayap 13-16 mm, sayapnya berwarna hitam merah kecoklatan. Pada punggung depan, bagian perut dan pinggir sayap depannya bersisik kuning. Kupu- kupu Artona bergerak aktif siang hari dan malam hari; 
    2. Ulat Artona berwarna putih kuning berukuran sampai 11 mm. Pada pungungnya terdapat garis lebar berwarna kemerah-merahan. Bagian depan badannya lebih besar dibanding bagian balakang. Stadium ulat ini berlangsung selama 17-22 hari. Pada stadium inilah kerusakan tanaman sagu terjadi, yaitu dengan menggerek anak daun sagu.

    Gejala: 
    1. Tingkat serangan titik adalah ulat/larva yang baru menetas masuk dalam jaringan daun dan memakan daging anak daun, bekas serangan ini dari bawah tampak sebagai bintik-bintik kecil yang tidak tembus; 
    2. Tingkat serangan garis adalah ulat Artona yang lebih besar menyusup lebih meluas, sehingga bekas serangga tampak seperti garis-garis; 
    3. Tingkat serangan pinggir adalah yang menggerek daun sagu adalah ulat Artona yang lebih besar/tua, berpindah tempat ke bagian pinggir dan memakan bagian anak daun pinggir; 
    4. Tingkat serangan akhir adalah pada tingkatan ini daun-daun menjadi sobek-sobek. Daun yang paling disenangi adalah daun tua. Daun bekas serangan seperti terbakar. Pengendalian mekanis: daun-daun yang diserang Artona dipangkasi, serangan Artona yang berat akan mengakibatkan pelepah daun tinggal memliki 2/3 daun saja. Waktu pemangkasan daun-daun yang diserang Artona adalah bilamana dalam 200-300 daun sagu yang diambil secara acak, mengandung lima atau lebih stadium hidup Artona (telur, larva, kepompong, atau kupu-kupu). Pemangkasan harus sudah dilakukan dua minggu sesudah Artona memiliki panjang 8 mm, sehingga banyak Artona yang gagal menjadi kupu-kupu. Pengendalian biologis: menggunakan parasit, antara lain: 
    • Taburkan (Apanteles artonae) yang biasanya menyerang ulat Artona pada instar kedua; 
    • Lalat Ptychomyia remota atau Caudurcia leefmansii yang menyerang ulat Artona pada instar berikutnya. Pengendalian kimiawi: menggunakan bahan kimia Arcotine D-25 - EC, dengan dosis 4 kg/ha.
    d) Babi hutan

    Binatang ini merusak sagu tingkat semai dan sapihan (umur 1-3 tahun), memakan umbut (pucuk batang yang masih muda). Pengendalian: memburu dan membunuhnya agar populasi terkendali, sehingga kerusakan yang ditimbulkan berkurang. Selain itu dengan umpan yang diberi racun fosfor sebanyak 2-5 gram.

    e) Kera (Macaca irus)

    Kera yang hanya terdapat di daerah pegunungan dengan 1500 m dpl, merusak bagian sagu muda, yaitu umbutnya. Binatang ini mempunyai kebiasaan selalu merusak lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Pengendalian: sama dengan pengendalian babi hutan.

    Penyakit dan gulma pada tanaman sagu

    Bercak kering

    Penyebab: cendawan Cercospora. Gejala: daun berbercak-bercak coklat dan dapat mengakibatkan seluruh daun berbercak-bercak kering atau berlubang-lubang. Bila serangan cukup hebat, kanopi tanaman sagu nampak meranggas.

    Pengendalian: belum ada secara khusus, hanya pemakaian fungisida dan sanitasi lingkungan.

    Gulma

    Pengendalian gulma dapat diperjarang atau dihentikan sama sekali bila sagu sudah berumur lima tahun ke atas. Pengendalian secara mekanis adalah gulma dibersihkan dan dimatikan dengan sabit, parang, cangkul, dan sebagainya. Gulma hasil penyiangan dijadikan pupuk kompos. Sedangkan secara kimiawi adalah dengan cara penyemprotan herbisida yang dilakukan secara teratur, misalnya 2-4 minggu sekali, disesuaikan dengan kondisi gulmanya. Herbisida yang dianjurkan adalah herbisida kontak, seperti PARACOL.

    Pengendalian secara kultur teknis dilakukan jika lahan tidak diganggu banjir dan kondisi tanah tidak terlalu basah. Caranya dengan menanam tanaman penutup tanah leguminosa (Leguminosa Ground Cover=LCG). Dengan penanaman LCG, maka akan diperoleh manfaat ganda, yaitu pertumbuhan gulma dapat ditekan semaksimal mungkin dan tanah mendapat perbaikan kondisi kimiawi, biologis, dan fisis. LCG yang dapat digunakan adalah: Calopogonium sp.; Centrocema sp.; Vigna husei.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini