masukkan script iklan disini
Potret Pertanian - Selamat brahir pekan sahabat semua, semoga hari ini kita semua selalu diberi kesehatan dan kesuksesan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, diahir pekan kali ini saya akan mengajak sahabat Potret Pertanian untuk Mengenal Lebih Dekat Jenis-jenis Media Tanaman sebagai tempat atau media untuk tumbuh dan berkembang sebuah tanaman yang akan kita budidayakan.
Nah dibawah ini kita akan mengetahui berbagai jenis media tanaman dari yang Organik sampai Nonorganik yang merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media
tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis
tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini
dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang
berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara.
- Cara Memanen Buah Pepaya Untuk konsumsi Sendiri Supaya Lebih Manis Rasanya
- DETEKSI PENYAKIT KERDIL KUNING PISANG (BBTV) BERBASIS PCR
- Kacang Amazon (Butter Nut) di Kebun INthani - Update
- Mengintip Buah Matoa di Kebun Inthani Makmur Padang
Jenis
media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di
Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa
pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang
pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal,
tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya.
Misalnya,
pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi
media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.
Untuk
mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang
akan ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai
karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap
jenisnya. 8erdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan
menjadi bahan organik dan anorganik.
A. Bahan Organik
Media
tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari
komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun,
batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai
media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal
itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara
bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro
dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan
cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Bahan
organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan
oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan
karbondioksida (CO2), air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan
merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat
makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu
kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus
sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus
tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami
dekomposisi.
8eberapa
jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di
antaranya arang, cacahan pakis, kompos, mosS, sabut kelapa, pupuk
kandang, dan humus.
1. Arang
Arang
bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat coeok
digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal
itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam )umlah banyak.
Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga).
Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang
terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain
itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi
jamur atau eendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang
eenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam
ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum
digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipeeah menjadi
potongan-potongan keeil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam
penempatan di dalam pot. Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada
wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan
ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 em atau lebih,
umumnya digunakan peeahan arang yang berukuran panjang 3 em, lebar 2-3
em, dengan ketebalan 2-3 em. Untuk wadah (pot) yang lebih keeil, ukuran
peeahan arang juga harus lebih kecil.
2. Batang Pakis
Berdasarkan
warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam
dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam
lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal
dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu,
batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal
sebagai cacahan pakis.
Selain
dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media
tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk
lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari
lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau
binatang-binatang kecillainnya.
Karakteristik
yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan
sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase
yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar
tanaman.
3. Kompos
Kompos
merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun,
rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media
tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis.
Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur
nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan
bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki
kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni
soil conditioner dan soil ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan
kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering,
sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam Il1emperbaiki kemampuan tukar
kation pada tanah.
Kompos
yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu Ydng telah
mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan I IL,rubahan warna
dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki
kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.
4. Moss
Moss
yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau
kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan
sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan.
Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman
tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Menurut
sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta memiliki
sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang
optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam organik
lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau daun-daunan kering.
S. Pupuk kandang
Pupuk
organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P),
dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media
tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme
yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman
menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi
kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis
makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan
sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk
kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang
dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat.
Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah
munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
6. Sabut kelapa (coco peat)
Sabut
kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat
digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I
'iJdiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan
sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang
bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media
tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk
sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut
kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika
dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut
kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatya yang cepat lapuk
sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat,
sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial,
seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan
fosfor (P).
7. Sekam padi
Sekam
padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam
padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah
(tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas
yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam
perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media
tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan
sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena
mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam
bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat
media tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah
lapuk.
Sementara
kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air,
tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman,
dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat
tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan
unsur hara.
8. Humus
Humus
adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan
merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahanbahan organik
tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati
yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan ciijumpai terutama
pada lapisan atas tanah (top soil)
Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa
menyimpan
unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun,
media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika tl'rjadi
perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki
tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu
menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media
tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi,
misalnya tanah dan pasir.
Tanaman Pangan
Tanaman Hortikultura
Tanaman Pangan
- Metodologi Pelaksanaan Tanam Padi Salibu
- Panen Singkong Super di Kebun Potret Pertanian
- SEKALI TANAM BISA PANEN PADI BERKALI-KALI DENGAN SISTEM BUDIDAYA PADI SALIBU
- Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis
- Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt)
B. Bahan Anorganik
Bahan
anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang
berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses
pelapukan tersebut diakibatkan o/eh berbagai hal, yaitu pelapukan secara
fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan
bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk
dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan
(berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu
(berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain
itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau
kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering
dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu
bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
1. Gel
Gel
atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan
sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini
sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk
mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media
tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat
disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal
tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang
diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Hampir
semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya
philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak eaeak untuk tanaman hias
berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan
dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih
dikarenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa
membuat vas pecah. Sebagian besar nursery lebih memilih gel sebagai
pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya
agar kelembapan tanaman tetap terjaga.
Keunggulan
lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain.
Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir.
Gel yang berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur
tersebut.
2. Pasir
Pasir
sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering
akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah
cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang
cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan
pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai
media tanam.
Oleh
karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses :o::misahan) pasir sangat kecil
sehingga mudah terkikis oleh air atau ~'lgin. Dengan demikian, media
pasir lebih membutuhkan pengairan dan ::emupukan yang lebih intensif.
Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam
secara tunggal.
Penggunaan
pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan
anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang
disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas
tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk :gunakan
sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci :erlebih
dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan
tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar
dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya
mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
3. Kerikil
Pada
dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang :idakjauh
berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih
banyak daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk
budi daya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu
peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak
menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat air
yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika
penyiraman tidak dilakukan secara rutin.
Seiring
kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat
kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki
rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan
kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya
yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang
dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan
sirkulasi udara dalam media tanam.
4. Pecahan batu bata
Pecahan
batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti
halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk
melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai
media tanam dibuat keeil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3
em. Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air
maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin
keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar
tanaman berlangsung lebih baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam
ini
adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan
kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu,
penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang
komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Walaupun
miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan
demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar
pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman
yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah
anggrek.
5. Spons (floralfoam)
Para
hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah sering
memanfaatkan spans sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya,
spans sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan
di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan
pemberat karena setelah direndam atau disiram air akan menjadi berat
dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman.
Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya serap
terhadap
air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk
larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah
hancur. Oleh karena itu, jika spans sudah terlihat tidak layak pakai
(mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang
baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spans sering
digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting
flower) yang penggunaannya eenderung hanya sementara waktu saja.
6. Tanah liat
Tanah
liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket
atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki poripori
berukuran keeil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori
yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan
mengikat air yang eukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus
yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah
pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang.
Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga
menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban.
Pada
dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara.
Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain
seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media penyemaian,
eangkok, dan bonsai.
7. Vermikulit dan perlit
Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan
kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan H',lum.
Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki
kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan
padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan
meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media
tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam,
vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
Berbeda
dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan
serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah.
Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit,
yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air.
Penggunaan
vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan
dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap
unsur-unsur hara.
8. Gabus (styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer
styren
yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya, styrofoam
hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi
tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya
bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus jengan
ukuran (1 x 1 x 1) cm.
Sekarang,
beberapa nursery menggunakan styrofoam sebagai campuran media tanam
untuk meningkatkan porousitas media tanam. Jntuk keperluan ini,
styrofoam yang digunakan dalam bentuk yang sudah dihancurkan sehingga
menjadi bola-bola kecil, berukuran sebesar biji kedelai. Penambahan
styrofoam ke dalam media tanam membuatnya menjadi riangan. Namun, media
tanam sering dijadikan sarang oleh semut.
Tanaman Hortikultura
Demikian tadi beberapa Jenis-jenis Media Tanaman Organik dan Nonorganik semoga artikel ini bermanfaat dan saya ucapkan terimakasih telah berkunjung diwebsite sederhana ini, semoga kesuksesan selalu kita dapatkan dalam bercocok tanam dan dalam hal apapun, ok salam santun dari Potret Pertanian.