masukkan script iklan disini
Potret Pertanian - Sorgum
termasuk tanaman rumputan kekar dengan tinggi mencapai 0,5 - 6 m. Batang
tunggal, padat tanpa rongga, dan di bagian tengahnya terdapat berkas-berkas
pengangkut. Daun mempunyai panjang 30 - 135 cm, dan lebar 1,5 - 15 cm. Sistem
perakaran memanjang sampai kedalaman 1,5 m ke dalam tanah, dimana 90% dari
jumlah akar terletak pada kedalaman sampai 90 cm dari permukaan tanah. Biji
sorgum berbentuk bola dan mempunyai warna yang bervariasi, dari putih, kuning
pucat, merah, cokelat, sampai cokelat tua keunguan. Keberhasilan perkecambahannya
selain dipengaruhi oleh lingkungan (suhu, air, cahaya, dan sebagainya) juga
dipengaruhi oleh keadaan biji (penuaan pada saat panen, penyimpanan, ukuran dan
berat biji). Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat
dengan ujung mengerucut, berukuran diameter sekitar 2 mm. Satu pohon sorgum
mempunyai satu tangkai buah yang memiliki beberapa cabang buah.
Produktivitas sorgum di Indonesia sangat berfluktuatif. Hal ini
dikarenakan budidaya tanaman dan pengelolahan pasca panen sorgum belum stabil.
Sorgum
mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia sebagai
tanaman penghasil bahan pangan dan pakan ternak. Sistem pengolahan tanah bagi
sorgum sebaiknya dilakukan seperti halnya pengolahan tanah pada jagung. Waktu
tanam sorgum sebaiknya diatur dengan baik agar pembungaan tanaman terjadi pada
saat hujan mulai kurang dan pemasakan biji bersamaan pada musim kemarau.
Klasifikasi
Taksonomi Tanaman Sorgum (Anonim, 2012):
Kingdom
: Plantae/tumbuhan
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta
(menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida
(berkeping satu/monokotil)
SubKelas :
Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae (suku
rumput-rumputan)
Genus
: Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moench
Tanaman
sorgum merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili graminae yang mampu
tumbuh tinggi hingga 6 meter. Bunga sorgum
termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di
dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan
bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai).
Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan
jagung, yang membedakan adalah tipe
bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna, sedangkan sorgum bunga
sempurna.Tanaman sorgum memiliki akar serabut. menyatakan bahwa sorgum
merupakan tanaman biji berkeping satu tidak
membentuk akar tunggang dan hanya akar lateral. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar
primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke
arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah).Tanaman sorgum membentuk perakaran
sekunder 2 kali lipat dari jagung,
(Rismunandar, 2006).
Tanaman
sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh
hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat
kelaminnya berada di dalam satu bunga. Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin
yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan
tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah
(Kusuma dkk., 2008).
Pentingnya
tanaman sorgum tersebut menyebabkan perkembangan pemuliaan tanaman ini
berkembang cukup pesat. Pemuliaan tanaman sorgum lebih diarahkan pada tinggi
tanaman, hasil, ketahanan terhadap hama penyakit, kualitas dan mutu biji.
Berdasarkan bentuk malai dan tipe spikelet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5
ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra yang
umumnya berbiji putih merupakan tipe paling banyak dibudidayakan sebagai sorgum
biji (grain sorgum) dan digunakan sebagai sumber bahan pangan. Diantara ras
Durra terdapat varietas yang memiliki batang dengan kadar gula tinggi disebut
sebagai sorgum manis (sweet sorghum). Sedangkan ras-ras lain pada umumnya
digunakan sebagai biomasa dan pakan ternak. Program pemuliaan sorgum telah
berhasil memperoleh varietas dengan kandungan gula yang tinggi (sweet sorghum)
sehingga dapat menggantikan tanaman tebu sebagai penghasil bahan pemanis.
Sorgum manis tersebut telah berhasil dibudidayakan di China sebagai bahan
pembuat biofuel (Kusuma dkk., 2008).
Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum
sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies tersebut, yang paling
banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum). Tanaman yang
lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama Cantel ini sekeluarga dengan tanaman
serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain
seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong
dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae/rumput-rumputan
(Anas, 2011).
Sorgum
telah dibudidayakan di Cina selama lebih dari 5000 tahun dan sekarang roti
dengan bahan sorgum merupakan makanan paling penting di sebagian besar daerah
kering di Afrika dan Asia (Bouman, 1985). Bahan pangan biji sorgum dapat diolah
menjadi berbagai macam makanan. Tepung sorgum dapat diolah sebagai bahan dasar
roti. Roti tawar yang terbuat dari tepung sorgum tidak berbeda teksturnya
dibandingkan roti yang terbuat dari tepung terigu (Syam dkk., 1996).
Lingkungan
tumbuh untuk tanaman sorgum adalah optimum pada ketinggian tempat kurang lebih
0 – 500 m dpl. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu
berbunga dari tanaman sorgum. Temperatur yang dibutuhkan tanaman sorgum adalah
25°C – 27°C adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan
untuk pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC – 30°C dengan keasaman tanah atau
pH optimum tanah untuk pertumbuhannya sekitar 6.0 – 7.5. Sorghum dimanfaatkan
sebagai bahan pangan dan pakan ternak, memiliki kandungan nutrisi yang baik
bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan tersebut
adalah kalori (332 cal), protein (11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g),
kalsium (28,0 mg), besi (4,4 mg), posfor (287 mg) dan vit B1 (0,38 mg)
(Laimehewira Jantje, 1997).
Keunggulan
sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap
kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan
terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain seperti jagung dan
gandum. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik,
sehingga dapat digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak
alternatif. Biji sorgum memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan sering
digunakan sebagai bahan baku industri bir, pati, gula cair atau sirup, etanol,
lem, cat, kertas dan industri lainnya. Tanaman sorgum telah lama dan banyak
dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku,
NTB, dan NTT (Yanuwar, 2002).
Setelah dipanen bahan pangan secara fisiologi masih hidup. Proses hidup ini perlu dipertahankan, tetapi sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung cepat. Jika proses hidup ini berjalan cepat, maka akan terjadi kebusukan. Penanganan pascapanen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Bahan pangan yang tergolong pada biji-bijian banyak sekali jenisnya, antara lain adalah jagung, padi, gandum, sorgum, kedelai, kacang panjang, kacang hijau, kacang tunggak, berbagai jenis kara, dan lain-lain. Secara individual, tiap biji-bijian mempunyai sifat-sifat tersendiri yang spesifik Penanganan pascapanen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains), ubi-ubian dan kacang-kacangan dilakukan penanganan berupa pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing/drying), pengemasan, penyimpanan, dan pencegahan serangan hama dan penyakit. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi serta dapat tahan agak lama jika disimpan.
Berdasarkan Laimeheriwa (1990) tahapan penanganan pascapanen sorgum antara lain:
Berdasarkan Laimeheriwa (1990) tahapan penanganan pascapanen sorgum antara lain:
a. Pengeringan
Biasanya pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar air biji mencapai 10 – 12 %. Kriteria untuk mengetahui tingkat kekeringan biji biasanya dengan cara menggigit bijinya. Bila bersuara berarti biji tersebut telah kering.
Apabila hari hujan atau kelembaban udara tinggi, pengeringan dapat dilakukan dengan cara menggantungkan batang-batang sorgum di atas api dalam suatu ruangan atau di atas api dapur.
Apabila hari hujan atau kelembaban udara tinggi, pengeringan dapat dilakukan dengan cara menggantungkan batang-batang sorgum di atas api dalam suatu ruangan atau di atas api dapur.
b. Perontokan
Perontokan secara tradisional dilakukan dengan pemukul kayu dan dikerjakan di atas lantai atau karung goni. Pemukulan dilakukan terus menerus hingga biji lepas. Setelah itu dilakukan penampian untuk memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu atau kotoran lainnya. Sejumlah biji dijatuhkan dari atas dengan maksud agar kotorannya dapat terpisah dari biji dengan bantuan hembusan angin. Agar dicapai hasil yang terbaik dan efisien dianjurkan agar menggunakan wadah supaya biji tetap bersih, usahakan agar biji segera dirontokan setelah panen untuk mencegah serangan tikus dan burung serta kadar air tidak boleh lebih dari 10 – 12 % untuk mencegah pertumbuhan jamur.
c. Penyimpanan
Penyimpanan sederhana di tingkat petani adalah dengan cara menggantungkan malai sorgum di ruangan di atas perapian dapur. Cara ini berfungsi ganda yaitu untuk melanjutkan proses pengeringan dan asap api berfungsi pula sebagai pengendalian hama selama penyimpanan. Namun jumlah biji yang dapat disimpan dengan cara ini sangat terbatas. Bila biji disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang), maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari bahan besi karena sangat peka terhadap perubahan suhu. Sebelum disimpan biji harus kering, bersih dan utuh (tidak pecah).
Tahapan pascapanen di atas masih berlanjut pada tahap pengolahan. Pemanfataan sorgum menjadi produk olahan dapat dibagi menjadi produk olahan setengah jadi dan produk olahan jadi. Produk olahan setengah jadi atau intermediate product yang dimaksud ialah pengolahan biji sorgum menjadi beras atau dikenal dengan istilah dhal sorgum, pembuatan tepung dan pati sorgum. Sedangkan produk olahan jadi ialah hasil olahan yang siap dikonsumsi.
Baca Juga : Teknologi Pengolahan Hasil Sorgum
Baca Juga : Teknologi Pengolahan Hasil Sorgum