masukkan script iklan disini
POTRET PERTANIAN - Hama serangga penting yang sering menyerang budi daya ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) adalah Kutu Putih Phenacoccus manihoti Matile-Ferrero (Hemiptera: Pseudococcidae) atau mealybug. Kutu Putih bukan merupakan hama asli dari Indonesia. Kutu Putih berasal dari kawasan Amerika Selatan. Awal tahun 1970-an hama ini mulai menyebar ke kawasan Afrika dan berkembang menjadi hama penting yang menyerang tanaman ubi kayu.
Serangan Kutu Putih pada musim kering menyebabkan terjadinya gagal panen. Penyebaran hama kutu putih berlanjut hingga ke Asia Tenggara seperti Thailand, Laos, Kamboja, dan Indonesia.
Kutu Putih merupakan hama yang bersifat partenogenetik telitoki, yaitu semua keturunan yang dihasilkan adalah betina, sehingga setiap kutu mampu manghasilkan keturunan. Pada kondisi optimal, satu betina mampu menghasilkan 200−600 butir telur.
Kutu Putih dewasa memiliki tubuh berwarna merah muda dengan bentuk oval, ditutupi tepung putih berlilin, bagian mata relatif berkembang, dan tungkai berkembang baik dengan ukuran yang sama. Telur Kutu Putih berbentuk oval, berwarna kuning keemasan dan ditutupi oleh kantung telur (ovisac). Kutu Putih mengalami stadia instar 1 sampai dengan instar 4. Perubahan instar ditandai dengan adanya penambahan ruas tubuh. Siklus hidup kutu putih rata-rata dari telur hingga dewasa sekitar 28 hari.
Kutu Putih menyerang dengan cara menghisap cairan pada bagian daun dan pucuk tanaman. Gejala yang timbul akibat serangan tersebut adalah daun mengkerut dan pucuk mengerdil hingga menyerupai bunga atau disebut bunchy tops.
Serangan berat dapat menyebabkan defoliasi (perontokan daun), akan tetapi gejala tersebut sangat jarang terjadi karena ubi kayu dapat bertunas kembali dengan cepat. Serangan kutu putih pada batang mengakibatkan terjadinya distorsi. Kehilangan hasil yang ditimbulkan oleh serangan kutu putih berkisar 30% hingga 80%.
Pengendalian hama Kutu Putih yang telah dilakukan dengan cara menggunakan musuh alami (parasitoid: Anagyrus lopezi), bahan kimia organik (ekstrak akar ubi kayu, minyak mimba), pengendalian dengan kultur teknik, dan menggunakan varietas tahan. Penggunaan mulsa (bahan penutup tanaman) dan penambahan pupuk organik maupun pupuk jenis lain pada dosis yang tepat dapat meningkatkan ketahanan ubi kayu. Penggunaan tanaman yang sehat sebagai bahan tanam merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hama Kutu Putih.(Fbz)
Serangan Kutu Putih pada musim kering menyebabkan terjadinya gagal panen. Penyebaran hama kutu putih berlanjut hingga ke Asia Tenggara seperti Thailand, Laos, Kamboja, dan Indonesia.
Kutu Putih merupakan hama yang bersifat partenogenetik telitoki, yaitu semua keturunan yang dihasilkan adalah betina, sehingga setiap kutu mampu manghasilkan keturunan. Pada kondisi optimal, satu betina mampu menghasilkan 200−600 butir telur.
Kutu Putih dewasa memiliki tubuh berwarna merah muda dengan bentuk oval, ditutupi tepung putih berlilin, bagian mata relatif berkembang, dan tungkai berkembang baik dengan ukuran yang sama. Telur Kutu Putih berbentuk oval, berwarna kuning keemasan dan ditutupi oleh kantung telur (ovisac). Kutu Putih mengalami stadia instar 1 sampai dengan instar 4. Perubahan instar ditandai dengan adanya penambahan ruas tubuh. Siklus hidup kutu putih rata-rata dari telur hingga dewasa sekitar 28 hari.
Kutu Putih menyerang dengan cara menghisap cairan pada bagian daun dan pucuk tanaman. Gejala yang timbul akibat serangan tersebut adalah daun mengkerut dan pucuk mengerdil hingga menyerupai bunga atau disebut bunchy tops.
Serangan berat dapat menyebabkan defoliasi (perontokan daun), akan tetapi gejala tersebut sangat jarang terjadi karena ubi kayu dapat bertunas kembali dengan cepat. Serangan kutu putih pada batang mengakibatkan terjadinya distorsi. Kehilangan hasil yang ditimbulkan oleh serangan kutu putih berkisar 30% hingga 80%.
Pengendalian hama Kutu Putih yang telah dilakukan dengan cara menggunakan musuh alami (parasitoid: Anagyrus lopezi), bahan kimia organik (ekstrak akar ubi kayu, minyak mimba), pengendalian dengan kultur teknik, dan menggunakan varietas tahan. Penggunaan mulsa (bahan penutup tanaman) dan penambahan pupuk organik maupun pupuk jenis lain pada dosis yang tepat dapat meningkatkan ketahanan ubi kayu. Penggunaan tanaman yang sehat sebagai bahan tanam merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hama Kutu Putih.(Fbz)