masukkan script iklan disini
POTRET PERTANIAN Dubai - Padang pasir di Dubai kini bisa ditanami padi hibrida yang mampu tumbuh di air asin.
Keberhasilan ini berkat kolaborasi ilmuwan Tiongkok dengan miliarder Dubai, Sheikh Saeed bin Ahmed Al Maktoum.
Dikutip dari Next Shark, Selasa (5/6/2018), padi-padi ini ditanam pada Januari 2018 dan telah dipanen minggu lalu.
Panen padi mencapai 7,5 ton per hektare, dua kali lipat daripada panen rata-rata global yang sebesar 3 ton per hektare.
Kedua pihak ini sepakat untuk mempromosikan padi air asin di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara untuk mengurangi kelangkaan pangan di masa depan.
Ilmuwan juga akan menguji coba penanaman padi di 100 hektare ada tahun ini. Pakar akan mengembangkan proyeknya setelah 2020 dengan lahan pertanian 83.600 hektare atau 10 persen dari wilayah Uni Emirates.
Sekadar informasi, penelitian tentang padi air asin dimulai sejak 1970. Penemuan spesies padi baru ini dilakukan oleh ilmuwan bernama Chen Risheng di Guangdon, Tiongkok.
Ilmuwan menghabiskan waktu 40 tahun untuk mengembangkan padi air asing dengan kawin silang dan rekayasa genetik.
Bagi petani, hal yang paling membanggakan adalah lahannya subur sehingga bisa menghasilkan banyak panen. Berbagai cara dilakukan petani, mulai dari membajak sawah hingga memberi pupuk, semua dilakukan agar hal tersebut terjadi.
Namun, ada kalanya cara konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan. Kini kehadiran teknologi dapat membantu petani untuk membantu mereka meningkatkan hasil panen.
Sejumlah peneliti dari Universitas Purdue, Amerika Serikat, sedang mengembangkan teknologi untuk pertanian. Mereka membuat alat yang bisa mengumpulkan data penting mengenai tanaman panen.
Alat ini memiliki komponen berupa radar laser, sensor pembeda warna, hingga sensor inframerah yang berfungsi untuk mengukur performa dan mengetahui karakter tanaman.
Dengan alat tersebut, petani jadi tahu langkah apa yang harus diambil. Misalnya menambah pupuk dan menyemprot pestisida untuk mengatasi hama.
Uniknya, alat menggunakan sensor jarak jauh, sehingga pengguna tidak perlu berada di lahan. Alat tersebut juga dapat diletakkan pada traktor maupun drone.
Saat ini tim peneliti sedang fokus mengamati sorgum, sebuah tanaman yang berpotensi menjadi bahan bakar nabati. Adapun, alat ini masih dalam tahap pengembangan karena tim peneliti masih mempelajari kelebihan dan kelemahan teknologi tersebut.
Mereka berharap alat ini dapat berjalan dengan mengandalkan. Bahkan, salah satu peneliti ingin agar alat ini juga dapat berfungsi untuk memperkirakan dan menambah variasi hasil panen.
Reporter: Arie Dwi Budiawati
Sumber: Merdeka.com
Keberhasilan ini berkat kolaborasi ilmuwan Tiongkok dengan miliarder Dubai, Sheikh Saeed bin Ahmed Al Maktoum.
Dikutip dari Next Shark, Selasa (5/6/2018), padi-padi ini ditanam pada Januari 2018 dan telah dipanen minggu lalu.
Panen padi mencapai 7,5 ton per hektare, dua kali lipat daripada panen rata-rata global yang sebesar 3 ton per hektare.
Kedua pihak ini sepakat untuk mempromosikan padi air asin di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara untuk mengurangi kelangkaan pangan di masa depan.
Ilmuwan juga akan menguji coba penanaman padi di 100 hektare ada tahun ini. Pakar akan mengembangkan proyeknya setelah 2020 dengan lahan pertanian 83.600 hektare atau 10 persen dari wilayah Uni Emirates.
Sekadar informasi, penelitian tentang padi air asin dimulai sejak 1970. Penemuan spesies padi baru ini dilakukan oleh ilmuwan bernama Chen Risheng di Guangdon, Tiongkok.
Ilmuwan menghabiskan waktu 40 tahun untuk mengembangkan padi air asing dengan kawin silang dan rekayasa genetik.
Bagi petani, hal yang paling membanggakan adalah lahannya subur sehingga bisa menghasilkan banyak panen. Berbagai cara dilakukan petani, mulai dari membajak sawah hingga memberi pupuk, semua dilakukan agar hal tersebut terjadi.
Namun, ada kalanya cara konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan. Kini kehadiran teknologi dapat membantu petani untuk membantu mereka meningkatkan hasil panen.
Sejumlah peneliti dari Universitas Purdue, Amerika Serikat, sedang mengembangkan teknologi untuk pertanian. Mereka membuat alat yang bisa mengumpulkan data penting mengenai tanaman panen.
Alat ini memiliki komponen berupa radar laser, sensor pembeda warna, hingga sensor inframerah yang berfungsi untuk mengukur performa dan mengetahui karakter tanaman.
Dengan alat tersebut, petani jadi tahu langkah apa yang harus diambil. Misalnya menambah pupuk dan menyemprot pestisida untuk mengatasi hama.
Uniknya, alat menggunakan sensor jarak jauh, sehingga pengguna tidak perlu berada di lahan. Alat tersebut juga dapat diletakkan pada traktor maupun drone.
Saat ini tim peneliti sedang fokus mengamati sorgum, sebuah tanaman yang berpotensi menjadi bahan bakar nabati. Adapun, alat ini masih dalam tahap pengembangan karena tim peneliti masih mempelajari kelebihan dan kelemahan teknologi tersebut.
Mereka berharap alat ini dapat berjalan dengan mengandalkan. Bahkan, salah satu peneliti ingin agar alat ini juga dapat berfungsi untuk memperkirakan dan menambah variasi hasil panen.
Reporter: Arie Dwi Budiawati
Sumber: Merdeka.com