masukkan script iklan disini
Curhatan Anak Desa, Oleh : Prasetyo Budi - Bertepatan dengan peringatan hari sumpah pemuda tanggal 28 oktober mendatang, sengaja saya ingin mengetuk pintu hati saudara kita semua di Indonesia melalui curhatan saya sebagai anak desa, sekalipun dengan bahasa seadanya, kemampuan seadanya,serta pola pikir anak desa seperti saya semoga saja saudara bisa membacanya dengan baik dan mengerti apa yang akan saya sampaikan dalam tulisan ini.
Kita tentu sama-sama tau Indonesia adalah negara kesatuan dari beragam suku, ras dan agama yang dibingkai dengan Bhineka Tunggal Ika, artinya walau berbeda-beda tapi tetap satu. Saat rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan, mereka tidak memandang kebebasan untuk suku, ras atau agama tertentu. Semua orang menjadi satu dalam berjuang, hingga akhirnya bisa mendapatkan kemerdekaan bersama dengan nama Indonesia. Karena itu.
Indonesia adalah negara kita, dan sudah seharusnya kita mencintai negara kita sendiri. Kita bisa melihat dari sejarah, bagaimana perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan karena rasa cintanya terhadap negara Indonesia.
73 tahun Negeri Indonesia tercinta ini merdeka, setelah para pemuda dengan gagah berani mengusir penjajah dengan senjata seadanya dan mengorbankan harta benda darah dan nyawa demi kemerdekaan negeri yang mereka cintai. yang ahirnya Kita bisa hidup diera kemerdekaan seperti saat ini.
Sebagai anak Desa, saya sekarang merasa prihatin dengan keadaan bangsa ini, para petinggi negeri ini yang seharusnya mengisi kemerdekaan Indonesia seperti yang diamanatkan UUD 45, Para petinggi yang seharusnya menjadi panutan bagi generasi muda, tapi malah asik dengan melakukan hal yang tak terpuji, Saling berkelompok, saling menghina, menghujat satu sama lain, saling menyalahkan satu sama lain, yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai pemimpin yang yang baik seperti yang kami harapkan.
terlebih Sikap para elite politik dan tokoh nasional saat ini sarat transaksional dan bertolak belakang dengan sikap pahlawan kita yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia, mana komitmen membangun bangsa tanpa yang tanpa pamrih. Mana semangat gotong royong seperti yang sudah dilakukan oleh para pendahulu negara kita yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kehidupan negara kita seperti saat ini, bangsa ini merdeka karena semangat gotong royong yang bahu membahu demi kedaulatan bangsa ini, kami rindu pemimpin dan elit-elit negeri ini seperti itu, bersatu padu membangun negeri ini, kami rindu, sangat rindu sekali.
Terlebih ahir -ahir ini, sebagai anak desa yang hanya punya kemampuan kecil seperti saya merasa sedih sekali melihat di media sosial, media cetak, elektronik yang selalu mempertontonkan dan menyajikan hall-hal yang tidak sepatutnya, harusnya malu saudaraku bersikap seperti itu, suadara-saudara kami yang mempunyai titel panjang di namanya, tak pantas jika saling mencari kelemahan satu sama lain, mencaci dan menghujat satu sama lainya.
Sampai-sampai ada sebutan Kecebong, kampret, miris sekali sauadaraku, saya yakin Allah masih menghendaki Indonesia ini menjadi negara yang kuat, negara yang makmur nagara yang disegani diseluruh dunia, maka dari itu mari wahai saudara saya diseluruh Indonesia, mari kita kembali kefitrah kita sebagai bangsa Indonesia.
Silahkan jika saling berbeda baju dan seragam, Tapi jangan jadikan itu sebagai perbedaan dalam bernegara, ingatlah bahwa kita satu bangsa, satu bahasa satu indonesia, berilah kami contoh yang baik, bagaimana cara membangun negeri yang baik, berpolitik yang baik, bersikap menjadi negarawan yang baik, jangan suguhkan kami tontonan yang seharusnya tak layak untuk kami tonton, jangan tuliskan sesuatu yang tak layak kami baca dan lihat.
Saya yakin saudara-saudara saya yang hebat-hebat dinegeri ini masih punya hati nurani untuk membangun Negeri ini, jadilah para pemimpin yang dapat mengkritisi segala persoalan yang terjadi dan peduli terhadap segala hal yang terjadi terhadap bangsa dan negara ini. tapi jangan hanya sekedar kritis tapi juga harus solutif mampu kritis tetapi tidak dapat memberikan solusi yang konkret terhadap hal yang telah saudara kritisi. ingat kami yang muda ini adalah harapan bangsa ini kedepanya, jika kami terus saudara beri konsumsi yang tak baik, lalu bagaimana nasib bangsa kita nanti jika kami menggantikan suadara-saudara nanti.
Saya anak desa, takut melihat semua yang saudara lakukan sekarang, kami hanya ingin negara ini damai, aman sentosa, kami takut peperangan jika karna ulah saudara negeri ini akan pecah, kami cinta Indonesia, kami bangga Indonesia karna kita siapa adalah Indonesia.
Saya Anak desa, berharap pesta demokrasi yang sebentar lagi dimulai, memang benar menjadi pesta rakyat, bukan nestapa rakyat, jangan takut takuti kami dengan mengumbar cerita-cerita yang tak layak untuk kami mengerti, bersainglah layaknya kami lomba pacu kelereng, balap karung, makan kerupuk seperti yang kami lakukan didesa.
Wahai Para petinggi negeri ini, yang berpolitik berpolitiklah dengan baik, yang ustad dan alim ulama menjadilah alim ulama yang baik, yang bisa menentramkan hati kami saat mendengar ceramah dan siraman rohani dari mu, jangan jadikan agama untuk menjustifikasi langkah-langkah politik, jangan ajari kami dengan permusuhan, jangan ajari kami dengan perbedaan, ajari kami dengan kasih sayang bagi sesama tanpa memandang perbedaan tentang ras, tentang agama, kulit dan rambut dan segala perbedaan yang ada, ajarkan kami bahwa kita sama satu negara, satu bangsa Indonesia.
Jangan sampai kami kehabisan tokoh yang patut untuk kami jadikan suritauladan dalam menjadi bagian dinegara yang kita cintai, Maka, saya sangat berharap agar para pejabat negara dan kaum elite negeri untuk segera memerhatikan etika pejabat publik atau etika pejabat negara serta etika politik elite dengan kembali dan terus-menerus memikirkan dan berbakti kepada bangsa dan negara.
Yakinlah saudaraku, kami disini akan sangat bahagia, meski selalu menjadi bahan obrolan di meja dan ruang rapat saudara, meski kami selalu diberi harapan palsu oleh politisi-politisi hipokrit yang Ketika musim kampanye tiba menebar begitu banyak janji saat kampanye, tapi kami tau memang tak mudah memperjuangkan aspirasi kami, tak mudah menggodok apa yang kami inginkan, dan disini selalu yakin bahwa saudara adalah wakil-wakil kami yang dengan sekuat tenaga memperjuangkan kami, kami akan selalu siap menanti, kapan saudara akan merealisasikan janji janji saudara, hari ini esok, bulan depan, tahun depan bahkan sampai habis periode saudara dan datang kembali kepada kami dan berjanji lagi dan lagi.
Ahirnya semoga Allah Mendengar doa anak dari desa.
Mohon maaf jika ada kata yang kurang pas atau kurang berkenan, tapi inilah saya anak desa dengan segala kekurangan yang saya miliki, trimakasih sudah membaca dan salam Indonesia Jaya.
Prasetyo Budi, Padang 10 Oktober 2018.
Kita tentu sama-sama tau Indonesia adalah negara kesatuan dari beragam suku, ras dan agama yang dibingkai dengan Bhineka Tunggal Ika, artinya walau berbeda-beda tapi tetap satu. Saat rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan, mereka tidak memandang kebebasan untuk suku, ras atau agama tertentu. Semua orang menjadi satu dalam berjuang, hingga akhirnya bisa mendapatkan kemerdekaan bersama dengan nama Indonesia. Karena itu.
Indonesia adalah negara kita, dan sudah seharusnya kita mencintai negara kita sendiri. Kita bisa melihat dari sejarah, bagaimana perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan karena rasa cintanya terhadap negara Indonesia.
73 tahun Negeri Indonesia tercinta ini merdeka, setelah para pemuda dengan gagah berani mengusir penjajah dengan senjata seadanya dan mengorbankan harta benda darah dan nyawa demi kemerdekaan negeri yang mereka cintai. yang ahirnya Kita bisa hidup diera kemerdekaan seperti saat ini.
Sebagai anak Desa, saya sekarang merasa prihatin dengan keadaan bangsa ini, para petinggi negeri ini yang seharusnya mengisi kemerdekaan Indonesia seperti yang diamanatkan UUD 45, Para petinggi yang seharusnya menjadi panutan bagi generasi muda, tapi malah asik dengan melakukan hal yang tak terpuji, Saling berkelompok, saling menghina, menghujat satu sama lain, saling menyalahkan satu sama lain, yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai pemimpin yang yang baik seperti yang kami harapkan.
terlebih Sikap para elite politik dan tokoh nasional saat ini sarat transaksional dan bertolak belakang dengan sikap pahlawan kita yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia, mana komitmen membangun bangsa tanpa yang tanpa pamrih. Mana semangat gotong royong seperti yang sudah dilakukan oleh para pendahulu negara kita yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi kehidupan negara kita seperti saat ini, bangsa ini merdeka karena semangat gotong royong yang bahu membahu demi kedaulatan bangsa ini, kami rindu pemimpin dan elit-elit negeri ini seperti itu, bersatu padu membangun negeri ini, kami rindu, sangat rindu sekali.
Terlebih ahir -ahir ini, sebagai anak desa yang hanya punya kemampuan kecil seperti saya merasa sedih sekali melihat di media sosial, media cetak, elektronik yang selalu mempertontonkan dan menyajikan hall-hal yang tidak sepatutnya, harusnya malu saudaraku bersikap seperti itu, suadara-saudara kami yang mempunyai titel panjang di namanya, tak pantas jika saling mencari kelemahan satu sama lain, mencaci dan menghujat satu sama lainya.
Sampai-sampai ada sebutan Kecebong, kampret, miris sekali sauadaraku, saya yakin Allah masih menghendaki Indonesia ini menjadi negara yang kuat, negara yang makmur nagara yang disegani diseluruh dunia, maka dari itu mari wahai saudara saya diseluruh Indonesia, mari kita kembali kefitrah kita sebagai bangsa Indonesia.
Silahkan jika saling berbeda baju dan seragam, Tapi jangan jadikan itu sebagai perbedaan dalam bernegara, ingatlah bahwa kita satu bangsa, satu bahasa satu indonesia, berilah kami contoh yang baik, bagaimana cara membangun negeri yang baik, berpolitik yang baik, bersikap menjadi negarawan yang baik, jangan suguhkan kami tontonan yang seharusnya tak layak untuk kami tonton, jangan tuliskan sesuatu yang tak layak kami baca dan lihat.
Saya yakin saudara-saudara saya yang hebat-hebat dinegeri ini masih punya hati nurani untuk membangun Negeri ini, jadilah para pemimpin yang dapat mengkritisi segala persoalan yang terjadi dan peduli terhadap segala hal yang terjadi terhadap bangsa dan negara ini. tapi jangan hanya sekedar kritis tapi juga harus solutif mampu kritis tetapi tidak dapat memberikan solusi yang konkret terhadap hal yang telah saudara kritisi. ingat kami yang muda ini adalah harapan bangsa ini kedepanya, jika kami terus saudara beri konsumsi yang tak baik, lalu bagaimana nasib bangsa kita nanti jika kami menggantikan suadara-saudara nanti.
Saya anak desa, takut melihat semua yang saudara lakukan sekarang, kami hanya ingin negara ini damai, aman sentosa, kami takut peperangan jika karna ulah saudara negeri ini akan pecah, kami cinta Indonesia, kami bangga Indonesia karna kita siapa adalah Indonesia.
Saya Anak desa, berharap pesta demokrasi yang sebentar lagi dimulai, memang benar menjadi pesta rakyat, bukan nestapa rakyat, jangan takut takuti kami dengan mengumbar cerita-cerita yang tak layak untuk kami mengerti, bersainglah layaknya kami lomba pacu kelereng, balap karung, makan kerupuk seperti yang kami lakukan didesa.
Wahai Para petinggi negeri ini, yang berpolitik berpolitiklah dengan baik, yang ustad dan alim ulama menjadilah alim ulama yang baik, yang bisa menentramkan hati kami saat mendengar ceramah dan siraman rohani dari mu, jangan jadikan agama untuk menjustifikasi langkah-langkah politik, jangan ajari kami dengan permusuhan, jangan ajari kami dengan perbedaan, ajari kami dengan kasih sayang bagi sesama tanpa memandang perbedaan tentang ras, tentang agama, kulit dan rambut dan segala perbedaan yang ada, ajarkan kami bahwa kita sama satu negara, satu bangsa Indonesia.
Jangan sampai kami kehabisan tokoh yang patut untuk kami jadikan suritauladan dalam menjadi bagian dinegara yang kita cintai, Maka, saya sangat berharap agar para pejabat negara dan kaum elite negeri untuk segera memerhatikan etika pejabat publik atau etika pejabat negara serta etika politik elite dengan kembali dan terus-menerus memikirkan dan berbakti kepada bangsa dan negara.
Yakinlah saudaraku, kami disini akan sangat bahagia, meski selalu menjadi bahan obrolan di meja dan ruang rapat saudara, meski kami selalu diberi harapan palsu oleh politisi-politisi hipokrit yang Ketika musim kampanye tiba menebar begitu banyak janji saat kampanye, tapi kami tau memang tak mudah memperjuangkan aspirasi kami, tak mudah menggodok apa yang kami inginkan, dan disini selalu yakin bahwa saudara adalah wakil-wakil kami yang dengan sekuat tenaga memperjuangkan kami, kami akan selalu siap menanti, kapan saudara akan merealisasikan janji janji saudara, hari ini esok, bulan depan, tahun depan bahkan sampai habis periode saudara dan datang kembali kepada kami dan berjanji lagi dan lagi.
Ahirnya semoga Allah Mendengar doa anak dari desa.
"YA ALLAH BERILAH KETABAHAN DAN KEULETAN PARA PEMIMPIN BANGSA INI, BERILAH SELALU KESEHATAN SUPAYA TERUS BISA BERJUANG DEMI KEDAULATAN DAN KESEJAHTERAAN BANGSA INI, YA ALLAH SAYANGILAH SELALU BANGSA KAMI, MULIYAKANLAH BANGSA KAMI, DAN PILIHKAN BUAT KAMI PEMIMPIN YANG BAIK UNTUK NEGERI INI. YA ALLAH BUKAKANLAH HATI SAUDARA KAMI, PEMIMPIN KAMI UNTUK SELALU BERDIRI DIJALANMU, UNTUK SELALLU MENYAYANGI DAN MENGASIHI, DAN TUMBUHKANLAH SIFAT SATRIA BAGI SAUDARA KAMI DALAM MENGHADAPI PESTA DEMOKRASI NANTI, AAMIIN"
Mohon maaf jika ada kata yang kurang pas atau kurang berkenan, tapi inilah saya anak desa dengan segala kekurangan yang saya miliki, trimakasih sudah membaca dan salam Indonesia Jaya.
Prasetyo Budi, Padang 10 Oktober 2018.