masukkan script iklan disini
POTRET PERTANIAN - Perlu Aksi Nyata untuk Masa Depan Dunia Tanpa Kelaparan 2030, Pembukaan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 38 di Kalimantan Selatan Indonesia, dimulai hari ini. Sejumlah perwakilan organisasi dunia juga hadir. Termasuk dari iraganisasi pangan dunia atau Food and Agriculture of the United Nastions (FAO).
FAO Representative di Indonesia, Stephen Rudgard, dalam pidatonya saat pembukaan Hari Pangan Sedunia di Indonesia, (18/10/2018) di Desa Jejangkit Muara, Batola, Kalimantan Indonesia mengungkapkan bahwa kelaparan terus meningkat selama hampir tiga tahun terakhir.
Orang-orang di dunia yang menderita kurang makan kronis, telah meningkat dari sekitar 804 pada 2016 menjadi hampir 821 juta 2017, 11 persen dari populasi dunia – atau setara dengan satu dari sembilan orang di bumi.
Menurut dia, Konflik, pengaruh cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim, dan perlambatan ekonomi membalikkan kemajuan yang dibuat dalam perang melawan kelaparan. Namun, pertumbuhan jumlah orang yang kekurangan makanan bukanlah satu-satunya tantangan besar yang kita hadapi.
Proporsi obesitas atau kegemukan dewasa ini terus meningkat. Pada tahun 2016, orang yang menderita obesitas di dunia adalah 13, 3 persen (672, 3 juta orang) meningkat sekitar 2 % dari tahun 2%. Pada 2017, juga ditemukan sekita 1,5 miliar orang menderita “kelaparan yang tersembunyi” (hidden hunger) yaitu makanan yang mereka makan tidak memiliki vitamin dan mineral yang cukup dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Stephen Rudgard, menyatakan masalah kekurangan gizi masih tetap banyak ditwmui di bagian Indonesia.
"Kami minggu lalu, ketika di Kantor Wakil Presiden menegaskan, lebih dari sepertiga anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting. angka yang terbilang tinggi untuk negara dengan status ekonomi seperti Indonesia,” kata Stephen Rudgard.
Masih diulaskan dia, dalam laporan global terbaru tentang “Status Kerawanan Pangan dan Gizi - 2018” ( SOFI 2018) yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia adalah negara di dunia yang menunjukkan prevalensi tinggi dalam ketiga bentuk kekurangan gizi anak – kelambatan pertumbuhan (stunting), kekurangan berat badan (wasting) dan kegemukan (obesity).
Data statistik mencerminkan penyebab utama kondisi tersebut adalah akses yang tidak memadai untuk mendapatkan makanan yang beragam dan bergizi. Produksi pangan dan ketersediaan pangan hanyalah salah satu faktor dari kondisi tersebut.
Stephen mengutip tema global untuk 2018 WFD tahun ini “Tindakan kita adalah Masa Depan Kita, Dunia tanpa kelaparan 2030 itu mungkin” (Our actions are our future, A #ZeroHunger world 2030 is possible”) menekankan bahwa dengan ambisi #ZeroHunger datang hak dan tanggung jawab untuk menghargai makanan dan mengurangi sampah makanan dan pemborosan.