masukkan script iklan disini
Potret Pertanian - Bawang merah.! Siapa yang tak mengenal bumbu masakan yang satu ini? Bawang merah, tak hanya populer dalam dongen nusantara, ia juga primadona di dalam dunia kuliner. Tanpa bawang merah, rasanya masakan Asia Tenggara termasuk Indonesia tak akan terasa geregetnya. Memangbawang merah ini merupakan salah satu komoditi yang penting. Tapi tunggu dulu, tak hanya dalam hal kuliner, bawang merah ini juga ternyata memiliki sejumlah khasiat penting dalam dunia pengobatan tradisional hingga modern. Tapi kali ini saya tidak akan mrmbahas manfaat dulu, daya akan membahas bagaimana cara budidayanya yang tepat, Nah jadi nanti kalau dufah panen baru kita bahas manfaat yang terkandung pada bumbu dapur yang satu ini.
Baca Juga :
Baca Juga :
Tanaman bawang merah tumbuh optimal dengan ketinggian 0-400 m dpl, tempat terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%, bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi, bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, drainasi dan serasi dengan baik.
Bawang merah dapat ditanam di lahan pasang surut dengna membuat parit dengna ketinggian befengan atau diatas rata-rata air tanah, bawang merah memerlukan banyak air untuk pertumbuhan tapi tidak suka lahan yang becek atau tergenang.
Untuk lahan darat atau tegalan perlu disipakan sumur mata air dangkal (beje/tabukan) disekitar areal pertanaman untuk penyiraman.
Sesuai kondisi iklim di Kalsel pertanaman dapat dilaksanakan pada akhir musim hujan bulan April – Juni dan pada saat musim kemarau bulan Juli – Agustus.
Pengolahan Lahan
Lahan Pasang Surut/Sekitar Rawa
Dibuat bendungan arah Timur-Barat dengan lebar 100-175 cm dan panjang sesuai kondisi lahan, jarak antar bedengan 40 – 50 cm, kedalaman parit 50 – 60 cm. Tanah yang telah dicangkul kasar dilakukan pengeringan lebih dulu, untuk meningkatkan kesuburan, pengolahan lahan dilakukan 2-3 kali sehingga gembur dan struktur tanah di bedengan menjadi remah, untuk menaikkan pH dilakukan pengapuran dengan dolomit/kapatan ukuran 1 – 1,5 ton/ha diberikan pada olah tanah pertama.
Lahan Darat
Tanah dibajak/traktor atau dicangkul sedalam 20 -30 cm, kemudian dibuat bedengan setinggi 25-35 cm, lebar 100-150 cm, jarak antar bedengan 40-50 cm. Tanah diolah sampai gembur dan dilakukan pengapuran dengan takaran 0,5 – 1 ton/ha.
Persiapan Benih
Benih yang siap tanam ialah yang telah di simpan selama 2-3 bulan, umbi mempunyai titik-titik tumbuh akar atau telah muncul tunas-tunasnya. Selain itu umbi juga harus berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen pada usia tua, yang ditandai dengan warna merah terang dan pada berisi (tidak kisut). Jika umbi terasa lunak atau kurang padat pada saat di pegang, berarti umbi tersebut berasal dari tanaman yang belum terlalu tuda saat dipanen.
Keperluan benih berkisar 0,8 – 1,2 ton/ha tergantung ukuran benih dan jarak tanam. Berat umbi dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: umbi ukuran kecil 2,5 – 5 g, sedang 5 – 7,5 g dan besar > 7,5 g. Untuk benih sebaiknya yang tidak terlalu besar (ukuran sedang). Umbi yang terlalu kecil akan mudah busuk jika ditanam, selain itu bibit yang berukuran kecil akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan hasilnya sedikit. Umbi yang besar akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan sehat namun harganya jauh lebih mahal.
Penanaman
Sebelum ditanam, kulit luar benih yang mengering dan sisa-sisa akarnya harus dibuang. Untuk umbi yang belum bertunas bagian ujung umbi dipotong dengan pisau kuran lebih 1/3 – 1/4 bagian dari panjang umbi. Saat memotong haruslah hati-hati agar tunasnya tidak ikut terpoton. Tujuan dilakukan pemotongan adalah agar umbi tumbuh merata, merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang tumbuhnya umbi samping dan mendorong terbentuknya anakan. Sebelum umbi ditanam, luka bekas pemotongan harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembusukan.
Dibuat lubang-lubang menggunakan penugal kecil jarak tanam 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm. Bibit dibenamkan 2/3, pabila terlalu dalam akan mudah mengalami pembusukan. Ujung umbi sedikit ditutup dengan tanah, jika terlalu tebal tanah yang menutupinya akan menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah penanaman selesai, bedengan disiram dengan air, umbi akan terus tumbuh setelah 5-7 hari.
Pemupukan
Pupuk Dasar
Pupuk dasar diberikan 3-4 hari sebelum yakni pada olah tanah terakhir, komposisi pupuk berupa: pupuk organik (kotoran ayam) 5 ton/ha, SP-36 300 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Urea 50 kg/ha. Pemberian Ternik atau Furadan 3G sebanyak 20 – 5- kg/ha untuk nematisida dan hama dalam tanah.
Pupuk Susulan
Pemupukan dilakukan setelah pendangiran atau pembersihan gulma, pemberian pupuk diberikan disela tanaman dengan membuat larikan, pupuk dicampur dan aduk merata.
- Pemupukan I (15 hari setalah tanam), Komposisi pupuk: Urea 50 kg/ha, KCL sebanyak 100 kg/ha dan ZA 100 kg/ha.
- Pemupukan II (25 hari setelah tanam), komposisi pupuk: KCL 100 kg/ha dan ZA 300 kg/ha.
Pemeliharaan
- Penyiangan dan pembersihan gulma dilakukan 3 kali yakni 2 minggu, 4 mnggu dan 6 minggu setelah tanam.
- Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali atau apabila bedengan terlihat kering, penyiraman dilakukan pada bedengan langsung atau sistem leb atau penggenangan parit untuk lahan kering.
- Penyiraman dihentikan 10 hari sebelum panen.
Hama dan Penyakit
Hama
- Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis) penyemprotan pestisida berbahan aktif bensultap, klofenapir dan siromazin
- Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn) penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif pfofenofos, betasiflutrin, tiodikarb, karbofuran.
- Trips (Thrips tabaci Lind dan Thrips pasvisipunus Karny) pengendalian dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifturin, piraklos.
Penyakit
- Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Hanz)
- Bercak Ungu/Trotol (Alternaria porri)
- Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
- Penyemprotan dengan fungisida: Dithane M45, Benelate, Antracol dan lainnya.
Panen ditandai dengan 70% daun menguning dan tanaman rebah, daun menguning serta leher umbi telah kosong, umbi tersembul keluar, dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah). Umur panen untuk setiap varietas berbeda berkisar antra 60-70 hst.
Panen diusahakan dilakukan saat udara cerah, cara panen dengan mencabut keseluruhan tanaman dan umbi secara hati-hati. Hasil panen diikat 1 – 1,5 kg setiap ikatan, pelayuan atau curing sebelum bawang merah dikeringkan di lahan dengan menjemur 2 -3 hari di bawah terik sinar matahari dengan posisi daun di atas.
Sebelum benih disimpan dilakukan pengeringan 7 – 14 hari di tempat pengeringan hingga sampai kering askip, dengna posisi umbi dan daun dibolak-balik. Untuk mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit contoh dalam kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong, berarti sudah mencapai kering askip. Benih disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah pada para-para di gudang pada suhu 25-30 derajat celcius dan kelembapan 60 -80 %.
Demikian tadi ulasan bagaimana berbudidaya bawang dari hulu sampai hilir, semoga bermanfaat dan dapat dipahami, salam sukses selalu ya dari Potret Pertanian dan jayalah petani indonesia.
Baca Juga :
Demikian tadi ulasan bagaimana berbudidaya bawang dari hulu sampai hilir, semoga bermanfaat dan dapat dipahami, salam sukses selalu ya dari Potret Pertanian dan jayalah petani indonesia.
Baca Juga :