masukkan script iklan disini
tani modern
Menggenjot Produksi dengan Pupuk Mikro
Dengan menambahkan pupuk mikro, produksi padi meningkat 10%—40%. Padahal kebutuhan pupuk mikro per hektar hanya dalam takaran kiloan.
Semestinya, kenaikan harga beras yang berulang setiap tahun dijadikan peluang untuk menggenjot produksi. Tentu, bagi sentra-sentra produksi padi seperti di Jawa, upaya meningkatkan produksi hanya bisa ditempuh dengan intensifikasi. “Akibat penyempitan lahan di Jawa, Sumatera, dan Bali, upaya untuk meningkatkan produksi padi hanya dapat dilakukan dengan intensifikasi,” tandas Heka Widya A. Hartanto, Direktur Eksekutif Artha Graha Peduli di Jakarta.
Salah satu trik yang bisa diterapkan adalah menambahkan pupuk mikro. Bukti keberhasilan penggunaan pupuk mikro dapat ditengok di Subang dan Bandung, keduanya di sentra produksi padi Jabar. ”Dengan menambahkan pupuk mikro, produksi padi bisa meningkat minimal 10%,” ungkap Catur Dian Mirzada, Manajer Pemasaran PT Meroke Tetap Jaya, produsen pupuk di Jakarta.
Adalah Yoyo Suparyo, petani maju pemilik 25 hektar (ha) sawah yang juga Ketua KTNA Pamanukan, Subang, yang sudah lima musim tanam padi selalu menambahkan pupuk mikro. “Setelah menelaah dan mempelajari, ternyata daerah Pantura Jawa sudah miskin unsur mikro,” terangnya. Karena itu, setiap musim tanam, dia mengaplikasikan dua kali pupuk mikro. Dia memilih formula pupuk mikro Yara, gabungan Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Aplikasi pupuk mikro serbuk itu dibarengkan pemupukan makro (Urea, TSP, KCl). Dosisnya hanya 10—20 bungkus per musim tanam per ha, atau 375—500 g. Sebelum ditebarkan di sawah, kedua jenis pupuk itu diaduk dengan pupuk makro. “Dengan menambahkan pupuk mikro, hasil panen (gabah kering panen/GKP) meningkat 1--2 ton per ha,” akunya.
Sebelum menambahkan pupuk mikro, produksi padi Ciherang yang ditanam Yoyo pada musim hujan rata-rata hanya 8 ton GKP per ha. Sedangkan saat musim kemarau rata-rata 10 ton. Sebaliknya, setelah mengaplikasikan pupuk mikro, hasil panen musim hujan meningkat menjadi 9—9,5 ton per ha, atau naik hingga 19%. Demikian pula sewaktu musim kemarau, meningkat menjadi rata-rata 12 ton GKP per ha (20%).
Dengan menambahkan 500 g pupuk mikro Yara, Yoyo hanya mengeluarkan tambahan biaya produksi Rp60.000 per ha. Tambahan modal itu nyaris tak berarti bila dibandingkan hasil panennya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 5 Edisi No121 yang terbit pada Rabu, 3 Februari 2010.
Menggenjot Produksi dengan Pupuk Mikro
Dengan menambahkan pupuk mikro, produksi padi meningkat 10%—40%. Padahal kebutuhan pupuk mikro per hektar hanya dalam takaran kiloan.
Semestinya, kenaikan harga beras yang berulang setiap tahun dijadikan peluang untuk menggenjot produksi. Tentu, bagi sentra-sentra produksi padi seperti di Jawa, upaya meningkatkan produksi hanya bisa ditempuh dengan intensifikasi. “Akibat penyempitan lahan di Jawa, Sumatera, dan Bali, upaya untuk meningkatkan produksi padi hanya dapat dilakukan dengan intensifikasi,” tandas Heka Widya A. Hartanto, Direktur Eksekutif Artha Graha Peduli di Jakarta.
Salah satu trik yang bisa diterapkan adalah menambahkan pupuk mikro. Bukti keberhasilan penggunaan pupuk mikro dapat ditengok di Subang dan Bandung, keduanya di sentra produksi padi Jabar. ”Dengan menambahkan pupuk mikro, produksi padi bisa meningkat minimal 10%,” ungkap Catur Dian Mirzada, Manajer Pemasaran PT Meroke Tetap Jaya, produsen pupuk di Jakarta.
Adalah Yoyo Suparyo, petani maju pemilik 25 hektar (ha) sawah yang juga Ketua KTNA Pamanukan, Subang, yang sudah lima musim tanam padi selalu menambahkan pupuk mikro. “Setelah menelaah dan mempelajari, ternyata daerah Pantura Jawa sudah miskin unsur mikro,” terangnya. Karena itu, setiap musim tanam, dia mengaplikasikan dua kali pupuk mikro. Dia memilih formula pupuk mikro Yara, gabungan Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Aplikasi pupuk mikro serbuk itu dibarengkan pemupukan makro (Urea, TSP, KCl). Dosisnya hanya 10—20 bungkus per musim tanam per ha, atau 375—500 g. Sebelum ditebarkan di sawah, kedua jenis pupuk itu diaduk dengan pupuk makro. “Dengan menambahkan pupuk mikro, hasil panen (gabah kering panen/GKP) meningkat 1--2 ton per ha,” akunya.
Sebelum menambahkan pupuk mikro, produksi padi Ciherang yang ditanam Yoyo pada musim hujan rata-rata hanya 8 ton GKP per ha. Sedangkan saat musim kemarau rata-rata 10 ton. Sebaliknya, setelah mengaplikasikan pupuk mikro, hasil panen musim hujan meningkat menjadi 9—9,5 ton per ha, atau naik hingga 19%. Demikian pula sewaktu musim kemarau, meningkat menjadi rata-rata 12 ton GKP per ha (20%).
Dengan menambahkan 500 g pupuk mikro Yara, Yoyo hanya mengeluarkan tambahan biaya produksi Rp60.000 per ha. Tambahan modal itu nyaris tak berarti bila dibandingkan hasil panennya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Tabloid AGRINA versi Cetak volume 5 Edisi No121 yang terbit pada Rabu, 3 Februari 2010.