-->
  • Jelajahi

    Copyright © POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, menyiapkan lahan seluas 2.600 hektare untuk dijadikan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata

    Selasa, Februari 20, 2018, Selasa, Februari 20, 2018 WIB Last Updated 2018-02-20T11:08:19Z


    masukkan script iklan disini
    POTRET PERTANIAN -PADANG - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, menyiapkan lahan seluas 2.600 hektare di Pulau Siberut untuk dijadikan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata.

    Desti Seminora, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kepulauan Mentawai, mengatakan lahan yang disiapkan itu berada di Taileleu dan sudah dibeli investor untuk dijadikan KEK pariwisata.

    “KEK pariwisata ini adalah upaya untuk percepatan pembangunan ekonomi Mentawai melalui sektor pariwisata. Kami harapkan ini mendapat perhatian pusat,” katanya.

    Dia mengatakan Pemprov Sumbar memprioritaskan pembangunan infrastruktur Mentawai agar keluar dari katergori daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Termasuk salah satunya mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata.

    Pemerintah Provinsi Sumatra Barat secara resmi meluncurkan branding wisata "Taste of Padang" sebagai promosi destinasi yang ada di Sumatra Barat. Julukan dalam merek wisata memang "Padang" yang mengambil nama Ibu Kota Sumatra Barat. Namun penggunaan merek "Taste of Padang" mewakili seluruh daerah di Sumatra Barat, termasuk ikon wisata Tanah Minang, Bukittinggi, dan wisata alam di Kepulauan Mentawai.

    Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menjelaskan, peluncuran merek promosi wisata ini diyakini penting untuk mendongkrak angka kunjungan wisata ke Sumbar. Apalagi, branding yang dibuat tak hanya menyasar wisatawan domestik namun juga mancanegara. Merek wisata "Taste of Padang" akan didampingi dengan logo menyerupai bagonjong di Rumah Gadang dengan lima macam warna.  

    Pemilihan slogan dan logo yang merepresentasikan pariwisata di Sumatra Barat ini memakan waktu dua bulan, sejak survei awal, kajian, hingga pembuatan merek wisata.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini