POTRET PERTANIAN - Provinsi Banten memiliki letak geografis yang strategis, yaitu sebagai pintu gerbang arus pergerakan manusia, barang, dan jasa antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera serta adanya kedekatan jarak geografis dengan dua pusat pertumbuhan nasional (DKI Jakarta dan Bandung). Provinsi Banten juga merupakan simpul perdagangan antarwilayah, dan terletak pada jalur pelayaran dan penerbangan baik nasional maupun internasional. Hal tersebut memberikan keuntungan atau nilai strategis bagi pertumbuhan dan perkembangan Provinsi tersebut.
Selain aksesibilitas, potensi yang dimiliki oleh Provinsi Banten adalah sumber daya alam (SDA) yang cukup melimpah, khususnya potensi pertanian. Sektor pertanian merupakan salahsatu kegiatan basis bagi sebagian besar penduduk Provinsi Banten. Dalam struktur perekonomian maupun komposisi penduduk menurut mata pencaharian terlihat bahwa sektor pertanian merupakan salahsatu sektor yang masih dominan. Hal ini berarti bahwa salahsatu motor penggerak pertumbuhan wilayah yang utama masih mengandalkan sektor
ini.
Potensi sektor pertanian terdiri atas sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan serta kehutanan. Provinsi Banten yang memiliki 4 daerah kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang memperlihatkan suatu spesifikasi atau keunggulan dari masing-masing daerah/kota, yang menyebabkan terjadinya hubungan keterkaitan (interaction) dan juga hubungan ketergantungan (interdependency) akan kebutuhan komoditas. Misalnya apabila dilihat dari hasil produksi, komoditas pertanian unggulan yang dimiliki oleh setiap daerah atau wilayah di Banten berbeda-beda. Salah satu contoh dapat dilihat dari data tahun 2001 mengenai produksi karet, Kabupaten Lebak memproduksi karet terbesar dibandingkan dengan daerah lainnya di Provinsi Banten selama kurun waktu tahun 1998-2000. Sedangkan Kabupaten Pandeglang memproduksi tanaman kelapa terbesar selama kurun waktu tahun 1998-2000. Sedangkan untuk daerah/kota lainnya mempunyai kelebihan dalam hal kelengkapan sarana dan prasarana juga kelebihan sebagai pusat pemasaran berbagai macam barang/komoditas, sektor industri, serta jumlah penduduk yang relatif lebih banyak dan masyarakat kota biasanya bersifat konsumtif.
Perbedaan keunggulan baik secara komparatif (comparative advantages) maupun keunggulan secara kompetitif (competitive advantages) dari masing-masing daerah tersebut menunjukkan suatu ciri dan jatidiri dari daerah tersebut. Bagi daerah yang mempunyai potensi dan keunggulan pada sektor pertanian, identik atau biasa disebut dengan nama daerah pinggiran (periphery area), sedangkan daerah yang mempunyai ciri kekotaan, yang mengandalkan keunggulannya pada sektor industri dan perdagangan biasa disebut dengan daerah pusat (core area).
masukkan script iklan disini
Fenomena interaksi antara daerah pusat-pinggiran (core periphery interactions secara teori dikembangkan oleh Hirschman, Myrdal dan Friedmann (Yeates, 1980:44).
Adanya interaksi dan perbedaan potensi di Provinsi Banten seperti disebut diatas baik antar daerah maupun antar jenis dan skala merupakan akibat dari variasi ketersediaan sumber daya yang dimiliki masing-masing wilayah. Secara keruangan perbedaan ini akan membentuk suatu pola-pola tertentu. Pola-pola ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor lokasi, faktor potensi lahan, faktor ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, serta ketersediaan prasarana dan sarana transportasi (Hansen, 1981: 17- 20).
Perbedaan potensi dan masalah komoditas pertanian unggulan di setiap wilayah mengakibatkan terbentuknya pola aliran komoditas (commodity flows) yang memperlihatkan adanya hubungan keterkaitan antar wilayah. Dalam hal ini hubungan koleksi dan distribusi komoditas pertanian unggulan, di suatu wilayah ada yang menjadi daerah pemasaran dan sekaligus juga sebagai daerah produksi, ataupun salah satu diantaranya.
Hubungan keterkaitan aliran komoditas pertanian unggulan antar daerah/wilayah di Provinsi Banten, terjadi baik antar daerah internal maupun dengan daerah luar (External region). Interaksi antar wilayah ini terjadi karena adanya saling melengkapi kebutuhan. Di satu daerah ada yang kelebihan produksi (surplus) suatu komoditas, sedangkan daerah lainnya kekurangan (minus) produksi komoditas tersebut (Mubyarto, 1986).
Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan suatu identifikasi pola ruang aliran komoditas pertanian unggulan di Provinsi Banten. Hal ini baik terasa maupun tidak terasa, cepat atau lambat akan berdampak bagi kelangsungan perkembangan Provinsi
Banten.
Studi mengenai pola ruang aliran komoditas (commodity flows) pertanian unggulan di Provinsi Banten menjadi menarik untuk dikaji mengingat urgensinya untuk keberlangsungan proses pengembangan wilayah Provinsi Banten agar kontinyu dan berkesinambungan secara optimal. Studi mengenai pola ruang komoditas pertanian unggulan ini diharapkan dapat menjadi salah satu usaha untuk dapat menciptakan, memacu dan mendukung pengembangan wilayah Provinsi Banten. Untuk mengetahui pola ruang aliran komoditas pertanian unggulan di Provinsi Banten harus diketahui terlebih dahulu mengenai komoditas pertanian unggulan yang ada di Provinsi Banten, serta pola persebaran sentra-sentra produksinya. [makalah studi pertanian @2011)