-->
  • Jelajahi

    Copyright © POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Jagonya Padi Gogo INPAGO

    Prasetyo Budi
    Kamis, Juli 05, 2018, Kamis, Juli 05, 2018 WIB Last Updated 2018-07-05T15:43:58Z


    masukkan script iklan disini
    POTRET PERTANIAN - Inovasi dibidang Pertanian terus dikembangkan untuk menjawab tantangan zaman dibidang peranian, upaya-upaya terus dilakukan dengan menciptakan baik dari mulai sistem pertanian dan faritas - faritas baru yang lebih unggul demi menggenjot hasil produksi pertanian di Indonesia.

    Kali ini Potret Pertanian Mengajak sahabat semu
    a untuk mengenalkan Faritas yang di jagokan sebagai Jagonya Padi GOGO, Sebut saja INPAGO 12 yang memiliki potensi hasil 10,2 ton/ha, umur 111 hari, toleran terhadap keracunan Al dan kekeringan serta tahan terhadap penyakit blas ras 033. Varietas ini jauh lebih unggul dibandingkan varietas lokal yang potensi hasilnya hanya 1-2 ton/ha dan umurnya dalam, yaitu sekitar 6 bulan.

    Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian saat ini sudah menghasilkan inbrida padi gogo (Inpago) varietas padi khusus untuk lahan kering yang dikenal sebagai padi ladang atau padi gogo. Inpago ini benar-benar jagonya padi gogo karena memiliki potensi hasil tinggi (lebih 10 t/ha), umur genjah sekitar 110 hari, dan tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik.
     
    Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian, Ismail Wahab mengatakan, selain Inpago 12, Badan Litbang Pertanian juga sudah merilis Inpago 9 dan Inpago Rindang 2 Agritan. Inpago 9 memiliki potensi hasil tinggi juga yaitu 8,4 ton/ha, umur 109 hari, agak toleran terhadap keracunan Al dan kekeringan, serta agak tahan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1 dan agak tahan terhadap penyakit blas ras 133.

    Ismail mengatakan, untuk Inpago Rindang 2 Agritan ini adalah padi gogo khusus untuk intercropping dengan tanaman perkebunan, seperti kelapa, karet, dan lain-lain. Inpago ini memiliki potensi hasil tinggi, yaitu 7,39 ton/ha. Terkait ketahanan terhadap cekaman abiotik, Inpago ini selain toleran terhadap kekeringan dan keracunan Al, juga toleran terhadap naungan, sehingga sesuai untuk intercropping dengan tanaman perkebunan.

    Sementara itu Peneliti Balai Besar Litbang Padi, Sukamandi Aris Hairmansis mengatakan, Badan Litbang Pertanian sebenarnya sudah menghasilkan berbagai jenis Inpago dengan kelebihan masing-masing. Semua Inpago umumnya toleran terhadap kekeringan dan kemasaman (keracunan Al), tapi masing-masing mempunyai ciri khas.

    Misalnya Inpago 8 dan Inpago 10 potensi hasilnya tinggi dan rasanya pulen, sehingga disukai masyarakat, khususnya suku Sunda, Jawa, Sulawesi, dan lain-lain. Sedangkan, Inpago 9 dan Inpago 11 potensi hasilnya tinggi dan rasanya pera, sehingga sangat disukai masyarakat Minang (Sumbar dan Riau) dan suku Banjar (Kalsel dan Kaltim).

    Sementara itu ada juga yang nasinya wangi (aromatik) dan rasanya pulen, yaitu Situpatenggang. Ada juga yang menghasilkan beras merah, yaitu Inpago 7. Beras ini mempunyai indeks glikemik (IGK) rendah, sehingga cocok untuk penderita diabetes.

    Sementara itu Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Balitbang Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan, bahwa potensi lahan kering untuk pengembangan padi gogo cukup besar. Dari luasan 80 juta ha lahan kering, yang sesuai untuk padi gogo sekitar 24,7 juta ha masing-masing lahan kering masam 21 juta ha dan lahan kering iklim kering 3,7 juta ha.

    Jika ekstensifikasi Inpago ke lahan kering sekitar 1 juta ha dengan produktivitas rata-rata 4 ton/ha dan indeks pertanaman 150, maka tiap tahun ada tambahan produksi padi yang sangat signifikan, yaitu sekitar 6 juta ton GKG. Yul/Ditjen PSP
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini