masukkan script iklan disini
Oleh Prasetyo Budi - Hari masih pukul 5;30 saat itu, didapur ibuku telah selesai
menyiapkan sarapan pagi untuk kami sekeluarga, dan saya yang masih bermalas –
malasa terbungkus selimut hangat, sekaslipun daerah kami bukan daerah dingin
akan tetapi pagi itu cukup membuat nyali saya ciut untuk berani menghadapi
dinginya air yang pagi itu memang turun hujan walau tinggal sisa sisa gerimis
yang masih terdengar diatas genting rumahkami.
Bangun Nak ! nanti Telat ! suara ibuku yang entah berapa
kali dari tadi berusaha membangunkan saya, ahirnya saya pun bangun dengan berat
hati dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa-sisa jigong
semalam, sesampainya dikamar mandi ku sugestikan diri ku untuk melawan dinginya
air kalaa itu, Ah dingin itukan Cuma perasaan saja, makanya jangan dirasakan
kan, klau tidak dirasakan pasti gak terasa, hehe… sepintas ku lirik permukaan
air yang beruap seperti air hangat yang baru dituangkan dari atas tungku, sekalipun
itu bukan uap air panas tapi uap air dingin yang hem.. ampun deh kayak es yang
baru keluar dari kulkas, hihi lebay.!
Selsesai mandi kukenankan seragam favorit ku kala itu, Putih
Abu-abu, lalu segera kuselesaikan tugas dari ibuku yang sudah menantiku dimeja
makan, seperti biasa disiapkan oleh ibundaku tercinta, hari itu sudah
menunjukan 06; 15 menit, aku bergegas berangkat sekolah bersama Sepeda ku yang
senantiasa mengantarkan aku kesekolah yang berjarak sekitar 25 kg dari tempat
saya tinggal, kukayuh Sepadaku dengan semangat 45 kali dua untuk segera sampai
kesekolah untuk segera bertemu dengan para guru favorit ku disekolah SMA negeri
way serdang, 1 jam 30 menit aku tempuh dengan mengayuh padal sepeda ku, sampai kesekolah jarum jam menunjukan 07;51 sepuluh menit lagi
bel sekolah berbunyi menandakan harus segera masuk kelas.
Setiap pagi selama 6 tahun aku jalani selalu dengan
menghabiskan waktu pagiku dijalan mengayuh mencari rumput untuk ternak kambing
orang tua kami, yah tidak banyak sih tapi juga lumayan untuk mencari rumput
yang menghabiskan waktu tak kurang dari 1 sampai 2 jam untuk memenuhi karung
yang saya bawa. Selesai semua pekerjaan saya mandi dan pergi mengaji. Dan
seperti itulah terus rutinitas saya selama 6 tahun, mungkin lebih lo,.hehe
sepeda yang setia menemani aku
hingga aku menyelesikan studyku di Smp dan Sma way serdang, Tak Sedikit suka
duka dijalan bersama Sepeada ku, dari mulai putus rantai, bocor ban patah as,
Panas dan hujan yang kami lalui bersama selama 6 tahun tersebut. Hamper tak ada
waktu untuk kami bermain-main seperti anak-anak lainya, saya berangkat
kesekolah jam 06 pagi, keluar sekolah jam 1:30 sampai dirumah sudah jam 3 sore,
sesampai dirumah saya makan dan dan selanjutnya pergi bersama Sepeda kesayanganku
31 maret 2016 saat ini, sepertinya itu semua baru kemarin
kujalani, ternyata semua itu sudah 15 tahun yang lalu, sontak aku berdiri dan
bergegas menuju gudang dibelakang rumah orangtua saya, aku masuk dan kubongkar
seisi gudang, masih telinhat buku-buku pelajaran saya yang lusuh dan bercampur
debu, Oh tidak aku merasa lemas setelah kulihat sebuah buku kecil yang
dikerumini ratusan rayap yang besrsemayam disana, segera kuambil dan
kubersihkan dari ratusan rayak yang sedang berestorasi disana, ketika kubuka
lampiran yang masih tersisa kuperhatiakan dan kubaca tulisan yang sudah luntur
tapi masih bisa kubaca, oh… ini balasan surat cintaku yang pertana, hehehe aku
nyengir berusaha mengingat seseorang gadis yang menulis surat tersebut, lamat
lamat kuingat seseorang gadis yang cantik bernama tika Rina lestari,
adikkelasku yang selalu menawarkan senyum manisnya ketika aku lewat didepan
kelas dia setiap selesai memakirkan sepedaku dan menuju kelas saya, tapi aku
segera sadar tujuan pertamaku membongkar isi gudang iitu, dipojok bercampur
pakaian bekas kulihat bersandar didinding papan sepeda kesayanganku yang
terlihat usang sekali. Pelan-pelan kuambil dan kubawa keluar, kubersihkan dia
dari tumpukan debu yang menempel sekitar 20 Cm ketebalanya xiixixi, mulai nih
lebay…
15 tahun aku lupa dengan teman bersejarahku ini, 15 tahun
aku tinggalkan dia disini dengan sejuta kenangan yang masih erat melekat
diingatanku, engkaulah pahlawanku sehingga aku bisa menyelesaikan studyku
selama 6 tahun itu, Untung saja engkau tak bisa berkata-kata, sehingga aku
selamat dari umpatanya karena aku telah melupakan dia dan membiarkan dia
menjadi barang rongsokan digudang. Maaf kan aku sahabat sejatiku yang telah
mengawalku menuntut ilmu, bisikku dalam hati. “Ini speda siapa yah” suara dari
arah belakang menanyakan dengan penuh keingin tahuan, Dia adalah jagoan Ayah,
jagoan yang terlupakan selama bertahun tahun, Jagoan yang ikut membentuk
pondasi untuk ayah menjadi manusia
hingga saat ini, dialah Jagoan ayah yang setiap saat menjadi saksi sejarah
dalam perjalanan ayah 15 tahun yang lalu.!
Jagoan sekarang engkau berkarat, empat duduk (baca bahasa
jawa sedel) sudah diamputasi entah kemana, jerujimu yang mulai copot satu
persatu karena karat yang menyerang sehingga membuat mu rapuh, kini enkau
tampak renta dan tak bisa dipakai lagi, kegunaan mu telah banyak digantikan oleh
produk-produk jepang yang lebih cepat berlari mengejar waktu, engkau kini
banyak dilupakan mungkin bukan aku saja masih banyak orang diluaran sana yang
taklagi mengingatmu sebagai alat tranportasi jaman kami dahulu.
Hari ini aku belajar darimu sepeda butut yang telah usang,
aku belajar menghargai dan mengenang jasa-jasa mu kepadaku, trimakasih telah
menjadi sahabatku dalam mengarungi hari-hariku tempo dulu, Kuabadikan
jasa-jasamu dalam tlisan ini dan kuabadikan engkau sepeda bututku sebagai
JAGOANKU hari ini engkau telah mengingatkan aku tentang persahabatan yang
sesungguhnya, yang senantiasa ada dan hadir dalam suka dan duka. Selamat renta
Jagoanku, Selamat Beristirahat mungkin ini adalah kata kataku yang seharusnya
kuucapkan dahulu, Semoga ini tak terlambat kuucapkan kepadamu yang mulai usang
dan renta dimakan Zaman.!
potret pertanian