masukkan script iklan disini
POTRET PERTANIAN - Oleh: Desmawati (Fungsional POPT Madya Direktorat Perlindungan Hortikultura Kementerian Pertanian)
Pelaksanaan pasar global memberikan peluang mengalirnya ekspor/impor komoditas hortikultura. Ini merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk menghadapi persaingan melalui perbaikan daya saing produk. Namun demikian, hal ini juga akan terbukanya peluang masuk dan menyebarnya suatu Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) antar negara, termasuk OPT yang ada dalam status OPT Karantina (OPTK). Oleh karena itu, untuk melindungi tanaman dari ancaman OPTK, ditetapkan ketentuan atau tindakan yang berkaitan dengan kesehatan tanaman, melalui perdagangan internasional telah ditetapkan Sanitary and Phytosanitary–World Trade Organisation (SPS-WTO) berdasarkan ketentuan International Standar for Phytosanitary Measures (ISPM) dan Phytosanitary Certification System (PCS).
Penerapan persyaratan standar keamanan pangan oleh beberapa negara, mengharuskan produsen/petani untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Berbagai klaim terhadap produk ekspor pertanian Indonesia (termasuk produk hortikultura), menimbulkan kerugian yang cukup besar akibat tidak memenuhi persyaratan SPS tersebut, terutama karena adanya OPT yang merupakan OPTK bagi negara tujuan ekspor.
Hama lalat buah (Bactrocera spp) merupakan faktor penghambat ditolaknya ekspor mangga ke negara Jepang dan Australia. Agar ekspor mangga dari Indonesia diterima oleh negara tujuan, terlebih dahulu harus dilakukan perlakuan, seperti penggunaan Irradiasi, Vapor Heat Treatment (VHT), atau Water Heat Treatment (WHT) dan perlakuan inipun tergantung permintaan negara tujuan ekspor.
Upaya pengendalian OPT termasuk lalat buah dilakukan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (HPT), yang mengutamakan pengendalian yang ramah lingkungan. Pemakaian bahan kimia nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati merupakan alternatif untuk mengatasi masalah OPT. Pestisida nabati dibuat dari bahan alami mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan, relatif aman bagi manusia dan ternak. Salah satu tanaman yang dapat dimananfaatkan sebagai pestisida nabati yaitu tanaman selasih (Ocimum sp.)
PENGENALAN TANAMAN SELASIH
Selasih merupakan tanaman tahunan dan termasuk tanaman semak. Tanaman selasih dapat berkembang biak secara generatif dan vegetatif, menyukai tempat-tempat teduh dan lembap, dapat tumbuh baik di pinggir jalan, tegalan, atau pekarangan pada ketinggian tempat antara 1-1.100 m dari permukaan laut.
Di Indonesia hampir semua orang mengenal tanaman selasih, dengan karakteristik, sebagai berikut: Batang: berkayu, berbentuk segi empat, banyak bercabang di bagian atas, berwarna hijau tua atau hijau keunguan, dan tinggi antara 30 – 120 cm. Daun: tunggal, berbentuk bulat sampai memanjang, permukaan daun berbulu, ujung meruncing, dan letaknya berhadap-hadapan. Bunga: majemuk, berbentuk malai yang panjangnya 5 – 30 cm, bertangkai pendek, ke kuar dari percabangan, dan berwarna hijau atau ungu. Biji: berbentuk bulat telur dengan diameter 1 mm, keras, dan berwarna hitam.
Berdasarkan taksonominya tanaman selasih banyak jenisnya. Ada beberapa jenis yang dikenal, antara lain: Ocimum basilicum, O. sanctum (daun ungu), O. minimum, dan O. tenuiforum.
KANDUNGAN METHYL EUGENOL
Tanaman selasih hampir semua dapat digunakan sebagai pestisida, karena selasih terutama bunga dan daunnya mengandung senyawa kimia, antara lain methyl eugenol (ME). Struktur ME ini berperan sebagai atraktan (pemikat) bagi hama lalat buah (Bactrocera spp.) jantan, karena menyerupai aroma hormon seksual yang dikeluarkan lalat buah betina.
Beberapa jenis selasih yang mengandung ME cukup tinggi, adalah O. sanctum, O. minimum, dan O. tenuiflorum, yang dapat dijadikan sebagai atraktan. Biasanya antara pukul 08.00–11.00 pagi pucuk dan bakal bunga selasih akan dikerubuti hampir mencapai ratusan lalat buah. Kandungan ME dan rendemen minyak atrisi dalam daun dan bunga setiap jenis selasih berbeda-beda, dimana jenis O.sanctum mengandung ME sekitar 64 % (daun) dan 71 % (bunga) dengan rendemen minyak dari daun sekitar 0,18–0,45%, jenis O. minimum mengandung ME sekitar 68% (daun) dan 72% (bunga) dengan rendemen minyak dari daun berkisar 0,15–0,42 %, dan jenis O. tenuiflorum mengandung ME sekitar 56 % (daun) dan 61 % (bunga) dengan rendemen berkisar 0,07–0,23%.
TANAMAN SELASIH SEBAGAI ATRAKTAN HAMA LALAT BUAH
Minyak selasih yang mengandung bahan aktif senyawa metyl eugenol mempunyai prospek yang dapat digunakan sebagai pemikat lalat buah jantan (atraktan) dengan memanfaatkan tanamannya, baik lansung atau disuling terlebih dahulu. Tanaman selasih dapat mengeluarkan bau
Pemanfaatan Langsung Tanaman
Apabila petani tidak mempunyai alat penyulingan, maka daun selasih dapat langsung digunakan, yaitu:
Daun selasih dibungkus (10 – 20 helai) dengan kain strimin, kemudian dihancurkan dengan meremas-remas lalu dimasukkan ke dalam perangkap lalat buah.
Tanaman selasih digoyang-goyang, sehingga ME akan menguap dan lalat buah akan berdatangan ke tanaman selasih, kemudian ditangkap dengan menggunakan jaring dan dimusnahkan.
Pemanfaatan Minyak Hasil Sulinganan
Minyak selasih hasil sulingan yang mengandung ME diteteskan pada kapas kira-kira 0,1-0,2 cc dan dimasukkan ke dalam perangkap lalat buah. Untuk mematikan lalat buah, maka kapas juga ditetesi sedikit insektisida. Perangkap yang berisi atraktan yang sudah dicampur dengan insektisida akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam perangkap, karena adanya aroma atraktan dan adanya Insektisida menyebabkan lalat buah mati.
Perangkap yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang ringan dan mudah didapat, seperti plastik. Perangkap yang telah berisi umpan minyak selasih dipasang pada pohon dengan ketinggian 2-3 meter dari permukaan tanah atau dengan ketinggian tajuk terendah dari tanaman (tergantung tanamannya). Perangkap dipasang sebanyak 40 buah dalam 1 hektare.
Pembuatan Minyak Selasih
Pemanenan daun dilakukan dengan cara dipangkas di atas pangkal tanaman, agar daun dapat tumbuh lagi untuk panen kedua dan ketiga. Kebutuhan bahan baku untuk 1 kali proses penyulingan sebanyak ±5 kg atau tergantung besarnya ketel.
Untuk mendapatkan minyak selasih secara sederhana dilakukan dengan penyulingan. Sedangkan untuk mendapatkan kualitas minyak suling yang baik, maka peralatan penyulingan (ketel/dandang) terbuat dari bahan stainlees steel. Proses penyulingan dapat dilakukan dengan cara yaitu: bahan baku (daun atau bunga) dipanen dan dikering anginkan selama 1–2 hari, kemudian disuling untuk mendapatkan minyak selasih.
PENUTUP
Lalat buah (Bactocera spp.) merupakan salah satu hama utama pada tanaman hortikultura (cabai, tomat, mangga, jeruk, belimbing, jambu, pisang, nangka). Bebera spesies lalat buah yang ada di Indonesia adalah Bactrocera papayae, B. cucurbitae, B. umrosus, dan B. albistrigata. Hama lalat buah ini banyak menimbulkan kerugian baik secara kuantitas maupun kualitas dan dapat meyebabkan kerusakan sampai 90%.
Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap dengan atraktan minyak selasih akan berhasil apabila perangkap dipasang terus menerus dan dalam kawasan pertanaman yang luas.
Dalam rangka penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pemanfaatan tanaman selasih sebagai bahan pengendalian hama lalat buah merupakan teknologi yang perlu dikembangkan. Kebijakan pembangunan yang mempertahankan kelestarian lingkungan dan kekhawatiran tentang dampak negatif penggunaan pestisida kimia sintetis, perlu didukung dengan penerapan PHT. Oleh sebab itu perlu pemasarakatan pemanfaatan tanaman selasih sebagai perangkap lalat buah kepada petani.