masukkan script iklan disini
POTRET PERTANIAN -Talas Beneng dikenal sebagai pangan lokal asal Banten. Beneng asal katanya dari “besar” dan “koneng”. Talas beneng banyak ditemukan di Desa Juhut, Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang. Kadar asam oksalat penimbul rasa gatal talas ini memang tinggi yaitu 3300 ppm untuk talas yang dibudidayakan, dan 4400 ppm untuk talas liar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa talas beneng dengan perlakuan perendaman menggunakan air garam 10% selama 120 menit dapat mengurangi kadar oksalat terbanyak, yaitu sebesar 51,5%.
Potensi talas beneng berdasarkan penelitian BPTP Banten adalah dapat menjadi substitusi penggunaan tepung terigu pada pengolahan produk mie, sebesar 30%. Meskipun substitusi pada produk mie tidak dapat dilakukan 100%, setidaknya dapat mengurangi penggunaan tepung terigu.
Sebelum diolah menjadi mie, umbi talas beneng terlebih dahulu diolah menjadi bentuk tepung. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pengolahan mie beneng terdiri atas: 350 gr tepung terigu protein tinggi, 150 gr tepung talas beneng,1 butir telur, dan 110 ml air.
Hasil uji organoleptik terhadap mie talas beneng yang dilakukan pada penelitian tahun 2015, menunjukkan bahwa rasa gatal pada mie masih sedikit terasa, terutama bagi individu panelis yang memiliki sensitivitas terhadap kadar oksalat. Namun, lebih dari 80% panelis uji tersebut menyatakan tidak merasakan adanya rasa gatal. Dari segi kekenyalan, mie talas beneng tidak berbeda dari mie dengan tepung terigu 100%.
Adapun dari segi warna, memang menunjukkan hasil yang berbeda karena penggunaan tepung talas beneng menyebabkan efek “browning” (pencoklatan). Akan tetapi ketika produk mie tersebut diolah menjadi berbagai macam kuliner, sebut saja mie goreng, maka kekurangan tersebut dapat tertutupi. Mie talas beneng dapat dinikmati sebagai sajian yang lezat dan berpotensi menjadi peluang usaha di bidang pangan lokal yang menjanjikan. (vwh/penulis: Sri Lestari, BPTP Banten) (Vwh)
Info lebih lanjut: BPTP Banten
Potensi talas beneng berdasarkan penelitian BPTP Banten adalah dapat menjadi substitusi penggunaan tepung terigu pada pengolahan produk mie, sebesar 30%. Meskipun substitusi pada produk mie tidak dapat dilakukan 100%, setidaknya dapat mengurangi penggunaan tepung terigu.
Sebelum diolah menjadi mie, umbi talas beneng terlebih dahulu diolah menjadi bentuk tepung. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pengolahan mie beneng terdiri atas: 350 gr tepung terigu protein tinggi, 150 gr tepung talas beneng,1 butir telur, dan 110 ml air.
Hasil uji organoleptik terhadap mie talas beneng yang dilakukan pada penelitian tahun 2015, menunjukkan bahwa rasa gatal pada mie masih sedikit terasa, terutama bagi individu panelis yang memiliki sensitivitas terhadap kadar oksalat. Namun, lebih dari 80% panelis uji tersebut menyatakan tidak merasakan adanya rasa gatal. Dari segi kekenyalan, mie talas beneng tidak berbeda dari mie dengan tepung terigu 100%.
Adapun dari segi warna, memang menunjukkan hasil yang berbeda karena penggunaan tepung talas beneng menyebabkan efek “browning” (pencoklatan). Akan tetapi ketika produk mie tersebut diolah menjadi berbagai macam kuliner, sebut saja mie goreng, maka kekurangan tersebut dapat tertutupi. Mie talas beneng dapat dinikmati sebagai sajian yang lezat dan berpotensi menjadi peluang usaha di bidang pangan lokal yang menjanjikan. (vwh/penulis: Sri Lestari, BPTP Banten) (Vwh)
Info lebih lanjut: BPTP Banten