-->
Selasa 1 04 2025
  • Jelajahi

    Copyright © 2025 POTRET PERTANIAN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Padi Amfibi Solusi Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

    Selasa, Juni 20, 2017, Selasa, Juni 20, 2017 WIB Last Updated 2017-06-20T11:20:29Z


    POTRET PERTANIAN -Strategi antisipasi terhadap dampak perubahan iklim telah dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Strategi yang dilakukan bersifat langsung (berupa kekeringan dan banjir) maupun yang bersifat tidak langsung berupa meningkatnya populasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

    Kekeringan dapat memberikan dampak negatif pada semua stadia tumbuh tanaman padi mulai saat vegetatif awal hingga reproduktif. Kekeringan yang terjadi pada fase vegetatif dapat menngganggu proses fotosintesis tanaman padi dan menurunkan laju pertumbuhannya.

    Apabila kekeringan hanya terjadi sementara maka pengaruhnya dapat dipulihkan. Berbeda halnya jika kekeringan terjadi pada fase reproduktif, seperti ketika pembungaan dan pengisian gabah, pengaruh stress kekeringan pada fase ini sulit dipulihkan dan dapat berakibat puso atau gagal panen.

    Terminologi amfibi digunakan untuk menunjukkan kemampuan tumbuh beberapa varietas padi yang dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lahan kering (gogo) maupun lahan basah (sawah). Varietas padi yang memiliki kemampuan tumbuh di dua kondisi tersebut kemudian disebut sebagai padi amfibi.

    Air merupakan salah satu input yang sangat penting bagi sistem produksi padi sawah yang mengkonsumsi air lebih banyak dibandingkan bila ditanam di luar lahan sawah yang tidak selalu digenang. Ketersediaan air tidak hanya mempengaruhi produktivitas tanaman, luas areal tanam dan intensitas pertanaman, melainkan juga berengaruh terhadap potensi perluasan areal baru, bahkan menentukan kualitas produksi gabah.

    Belakangan ini ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena: (1) bertambahnya penggunaan air untuk sektor industri dan rumah tangga, (2) durasi curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim, (3) cadangan sumber air lokal juga berkurang, dan (4) terjadinya pendangkalan penampungan kelebihan air run off seperti waduk.

    Fenomena kekeringan pada pertanaman padi dapat terjadi akibat intensitas dan atau frekuensi curah hujan yang rendah atau terjadinya hujan yang tidak merata (menyimpang dari pola curah hujan normal), sehingga pasokan air pada stadia vegetatif dan generatif tidak terpenuhi.

    Kekeringan pada fase pertumbuhan generatif padi dapat menurunkan hasil 30-90%. Upaya antisipasi dampak buruk tersebut antara lain dapat dilakukan melalui pengembangan varietas adaptif kekeringan.

    Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dari berbagai sektor dan semakin menipisnya persediaan air tanah, maka upaya yang harus dilakukan adalah mengefisienkan penggunaan air. Artinya air yang ada harus dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai kebutuhan tanaman.

    Selama pertanaman padi terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif (0-60 hari), fase generatif (60-90 hari), dan fase pemasakan (90-120 hari). Kebutuhan air pada ketiga fase tersebut bervariasi, yang tertinggi diantaranya ketika pembentukan anakan aktif, anakan maksimum, inisiasi pembentukan malai, bunting dan pembungaan.

    Perlu diingat bahwa varietas unggul merupakan salah satu komponen utama dalam budidaya padi. Sejak terjadinya revolusi hijau peranan varietas telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan terhadap peningkatan hasil dan keberlanjutan produksi padi dunia dalam menghadapi berbagai kendala lingkungan yang terus mengancam termasuk kekeringan.

    Oleh sebab itu, pengunaan varietas unggul yang toleran terhadap kekeringan menjadi salah satu teknologi penting dalam mengantisipasi penurunan produksi padi yang diakibatkan oleh keterbatasan air.

    Dukungan teknik budidaya padi yang tepat selain kecocokan varietas diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif kekeringan terhadap produksi padi nasional.

    Varietas unggul padi tahan kekeringan dan rendaman
    No.

    Varietas
    Umur
    (HSS)
    Potensi
    Hasil (t/ha)
     Tekstur Nasi
    1.
    Limboto
    125
    6,0
    Sedang
    2.
    Batutegi
    120
    6,0
    Pulen
    3.
    Towuti
    115
    7,0
    Pulen
    4.
    Situ Patenggang
    120
    6,0
    Sedang
    5.
    masukkan script iklan disini
    Situ Bagendit
    120
    6,0
    Sedang
    6.
    Inpari 10 Laeya
    112
    7,0
    Pulen
    7.
      Inpago 4
    124
    6,1
    Pulen
    8.
      Inpago 5
    118
    6,2
    Sangat pulen
    9.
      Inpago 6
    118
    6,2
    Sangat pulen
    10.
      Inpago 7
    111
    7,4
    Pulen
    11.   
      Inpago 8
    119
    8,1
    Pulen
    12.
      Inpago 9
    109
    8,4
    Sedang
    13.
      Inpari 38 Agritan
    115
    8,2
    Pulen
    14.
      Inpari 39 Agritan
    115
    8,5
    Pulen
     Fenomena banjir sering terjadi di musim hujan pada bulan Oktober-Maret, yang dapat terjadi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi. Strategi antisipasi untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat banjir adalah dengan menanam varietas padi yang memiliki gen Sub1, yaitu gen yang mengendalikan toleransi tanaman padi terhadap rendaman terutama pada fase vegetatif. Varietas yang dapat bertahan hidup pada kondisi rendaman selama >10 -15 hari. (Shr)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini